Minggu, 01 Agustus 2010

KESEHATAN ANAK •Kesehatan merupakan fenomena kompleks ( WHO )•Indikator : –Mortalitas –Morbiditas PENTING –Kel. usia risti terhadap gangguan/penyakit tertentu–Kemajuan pengobatan dan pencegahan–Bidang khusus konseling kesehatan BEBERAPA FAKTOR YANG TERKAIT DENGAN KESEHATAN ANAK •Masalah-masalah kesehatan •Penyakit infeksi •Undernutrition •Kecelakaan dan keracunan •Penyakit menahun •Penyakit yang memerlukan tindakan operasi •Masalah yang sering terjadi pada setiap tingkat perkembangan •Perkembangan IPTEK Kesehatan ANGKA MORTALITAS DAN MORBIDITAS •11 juta balita dunia meninggal/tahun karena infeks i•54% berkaitan dengan kurang gizi ( WHO, 2002) •AKB : 35/000 KH •Angka kurang gizi (Depkes, 2004) –1989 ; 37,% 2000 : 24,7% –2001 : 26,1% 2002 : 27,3% –2003 : 27,5%–BBLR : 350.000 bayi / tahun •Proporsi Penyakit penyebab kematian bayi hasil : –Penyakit system pernafasan 29,5 % –Gangguan perinatal 29,3 % –Diare 13,9 % –Penyakit sistem syaraf 5,5 % –Tetanus 3,68% –Infeksi dan parasit lain 3,5 % FILOSOFI KEPERAWATAN ANAK •KEPERAWATAN ANAK –konsisten dengan pengertian keperawatan •TUJUAN DAN MANFAAT –Pencapaian derajat kesehatan yang tinggi bagi anak sebagai satu bagian dari sistem pelayanan kesehatan di keluarga.–Meningkatkan kepuasaan anak dan keluarga–Mengurangi fragmentasi pemberian asuhan KUNCI FILOSOFI KEPERAWATAN ANAK….1) FAMILY CENTERED CARE •Keluarga sebagai suatu kehidupan yang konstan dan individu mendukung, menghargai dan meningkatkan kekuatan dan kompetensi dalam memberikan asuhan terhadap anak (Johson, 1989).•Konsep dasar Family Center Care –Enabling: melibatkan keluarga–Empowering : pengambil keputusan ATRAUMATIC CARE •Tujuan utama : “DO NO HARM” yaitu : –Mencegah/mengurangi anak berpisah dari orang tua–Perlindungan–Mencegah/mengurangi trauma fisik dan nyeri KUNCI FILOSOFI KEPERAWATAN ANAK….2) PRIMARY NURSING •Mendukung pelaksanaan askep anak •Menjadikan asuhan yang konsisten dan berfokus pada keluarga sebagai komponen integral pada perencanaan dan pelaksanaan. CASE MANAGEMENT •Sistem pemberian asuhan yang seimbang antara biaya dan kualitas.
BERMAIN PADA ANAK I. DEFINISI Bermain adalah kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan /kepuasan yang merupakan ceminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan social. Menurut Wong (2000) bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak serta suara. Sedangkan menurut Chambell dan Glaser (1995) bermain merupakan satu cara yang paling efektif untuk menurunkan stress pada anak. Bermain memiliki fungsi untuk meningkatkan perkembangan sensorik motorik, perkembangan kognitif, perkembangan social, perkembangan moral, perkembangan kreatifitas, perkembangan kesadaran diri, fungsi terapi, dan perkembangan komunikasi II. TUJUAN BERMAIN 1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit. 2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi, serta ide-idenya 3. Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah 4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dn dirawat di rumah sakit III. KLASIFIKASI BERMAIN Bermain dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain : a. Tahap Perkembangan b. Perkembangan Motorik c. Status Kesehatan d. Jenis kelamin e. Intelegensia f. Status sosial ekonomi g. Jumlah waktu bebas h. Alat Permainan i. Lingkungan Dari faktor- faktor tersebut bermain dapat diklasifikasikan dalam 3 hal, yaitu : A. Berdasarkan Isi Permainan 1. Social Afektif Play Inti permainan adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya bayi akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang menyenangkan dengan ortu/orang lain. Permainan yang biasa dilakukan adalah “cilukba”, berbicara sambil tersenyum atau tertawa, atau sekedar memberikan tangan pada bayi untuk digenggamnya. 2. Sense of Pleasure Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang pada anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya dengan menggunakan pasir, bisa juga dengan menggunakan air. Anak semakin lama semakin asyik bersentuhan dengan alat permainan ini dan dengan permainan yang dilakukannya sehingga susah dihentikan. 3. Skill Play Permainan ini akan meningkatkan keterampilan, khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya bayi akan terampil memegang benda-benda kecil, memindahkan benda, dan anak akan terampil naik sepeda. 4. Games Merupakan jenis permainan yang menggunakan perhitungan dan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan oleh anak sendiri dan atau dengan temannya. Misalnya, ular tangga, congklak, puzzle, dll. 5. Unoccopaid Behaviour Disini anak tidak memainkan alat permainan tertentu, situasi atau obyek yang ada di sekelilingnya yang digunakan sebagai alat permainan, seperti mondar-mandir, tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja, atau apa saja yang ada disekelilingnya. 6. Dramatic Play Pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain melalui permainannya. Anak berceloteh sambil meniru orang dewasa, misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya dsb. B. Berdasarkan Karakter Sosialnya 1. Onloker Play Anak hanya mengamati temannya saja yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam permainan. Jadi anak tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses mengamati terhadap permainan yang sedang dilakukan temannya. 2. Solitary play Pada permainan ini anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya, dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat permainan yang digunakan temannya, serta tidak ada kerja sama, ataupun komunikasi dengan teman sepermainannya. 3. Paralel Play Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang sama, tetapi antara satu anak dengan anak yang lain tidak terjadi kontak satu sama lain, sehingga antara anak satu dengan anak yang lain tidak ada sosialisasi satu sama lain. Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak usia toddler. 4. Assosiative Play Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin atau yang memimpin permainan, dan tujuan permainan tidak jelas. Contoh permainan jenis ini adalah bermain boneka, bermain hujan-hujanan, dan bermain masak-masakan. 5. Cooperative Play Dalam permainan ini aturan permainan dalam kelompoktampak lebih jelas, demikian juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang memimpin permainan mengatur dan mengarahkan anggotanya untuk bertindak dalam permainan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam permainan tersebut. C. Berdasarkan Tahap Tumbuh Kembang 1. BAYI (1 Bulan) • Visual : Mendekatkan benda yang terang dan menyolok (20–30 meter) • Auditory : Bicara dengan bayi, menyanyi, bercanda, main musik, dengar radio • Tactile : Memeluk bayi, menggendong bayi, beri kehangatan • Kenetic : Naik kereta dorong, diayun 2. BAYI ( 2 – 3 Bulan ) • Visual : Buat ruangan menjadi terang, tempel gambar di dinding, pasang cermin di dinding • Auditory : Bicara dengan bayi, mainan yang berbunyi, ikutsertakan dalam pertemuan keluarga • Tactile : Membelai bayi waktu memandikan, mengganti pakaian bayi, menyisir rambut bayi • Kenetic : Jalan-jalan naik kereta dorong, gerakan berenang saat mandi di ember 3. BAYI ( 4 – 6 Bulan ) • Visual : Beri mainan warna terang, bercermin, nonton TV • Auditory : Ajak anak bicara, panggil namanya, ulangi suara ang dibuat, meremas kertas, mainan berbunyi • Tactil : Beri mainan dengan berbagai tekstur, mandi dimasukkan ember • Kenetic : Bantu tengkurap 4. BAYI ( 6 – 9 Bulan ) • Visual : Berikan mainan warna-warni yang bergerak, main ciluk baa • Auditory : Ajari tepuk tangan, panggil namanya, sebut bagian tubuh orang tua • Tactile : Beri mainan dengan berbagai tekstur, main air mengalir, berenang • Kenetic : Gunakan baby walker, kereta dorong, letakkan mainan jauh dari anak 5. BAYI ( 9 – 12 Bulan ) • Visual : Perlihatkan gambar dalam buku, ajak ke berbagai tempat, tumjuk bangunan agak jauh • Auditory : Tunjuk bagian tubuh dan sebut namanya, kenalkan suara binatang • Tactile : Berikan mainan yang dapat dipegang, kenalkan benda dingin / hangat • Kenetic : beri mainan yang dapat ditarik dan didorong 6. TODDLER ( 1 – 3 Tahun ) • Mulai mengerti arti memiliki, Menyenangi musik • Senang berebut mainan dan bertengkar dengan teman • Senang melempar, mendorong, mengambil sesuatu • Dapat berjalan, memanjat, lari • Jenis permainan yang tepat dipilih adalah solitary play dan parallel play • Jenis alat permainan yang tepat diberikan adalah ; boneka, kereta api, truk, sepeda roda tiga, alat memasak, alat memasak, alat menggambar, bola, pasir, tanah liat, lili warna-warni. 7. PRA SEKOLAH ( 3 – 5 Tahun ) • Dapat berlompat, berlari • Dapat naik sepeda roda tiga • Sangat enerjik • Bermain dengan kelompok teman • Jenis permainan yang sesuai adalah : assosiatif play, dramatic play, dan skill play • Jenis alat permainan yang tepat diberikan adalah : sepeda, mobil-mobilan, alat olah raga, permainan balok-balok besar 8. USIA SEKOLAH ( 6 – 12 Th ) • Bermain dengan kelompok yang berjenis kelamin sama • Dapat belajar independet, cooperative, bersaing, menerima orang lain • Tingkah laku diterima teman sebaya • Laki-laki ; mechanical • Perempuan ; mother role 9. REMAJA ( 13 – 20 Tahun ) • Bermain dalam kelompok teman; bermain sepakbola, basket, bulutangkis • Senang mendengar musik • Melihat TV • Dengarkan radio • Baca majlaah atau buku cerita, novel TUGAS KEPERAWATAN ANAK BERMAIN PADA ANAK Disusun oleh : Nama : LALU MUHAIRI NIM : 01.08.01.054 Prodi : PSIK A PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN 2010

Sabtu, 31 Juli 2010

RESUSITASI JANTUNG PARU

RESUSITASI JANTUNG PARU
Pengertian:
RJP adalah usaha –usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah sesuatu episode henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis.

Indikasi :
 Keadaan henti napas.
 Keadaan henti jantung

Kontra indikasi:
 Terminal illnes
 Mati secara klinis > 5 menit

Prosedur:
 algoritma ACLS

Nursing Management
During Resusitation:
 Orang pertama yang menemukan penderita  - memulai CPR
- meminta pertolongan
 Melanjutkan CPR
 Monitoring: irama jantung, tanda vital, defibrilasi, pemberian obat-obatan, mencatat kejadian mengontrol lingkungan, calling dokter dan keluarga.
 Support keluarga
Post Arrest Management:
1. EKG :
Memonitor irama cardiac.
2. Pemberian Oksigen:
Melalui nasal kanula, face mask, atau ventilasi mekanik.
3. Pastikan kepatenan IV line.
Pemberian therapi : antiaritmia, morphin, atrophin, dll.
4. Temukan Penyebab arrest, jika memungkinkan.
5. Lanjutkanpengkajian hemodinamik.
6. EKG 12 lead.:
Untuk menentukan :
- ada infark baru ? meluas ?.
- disritmia
7. Nilai laboratorium:
- CK –MB
- Analisa gas darah : keseimbangan asam basa : oksigenasi
8. Chest – X-ray
Evaluasi posisi alat : ETT, cateter didalam tubuh.

Diagnosa Keperawatan:
1. menurunnya kardiac output b.d gangguan fungsi mekanik dan / elektrik jantung
Tujuan:
Pasien memiliki cardiag output yang adekuat ditandai dengan :
- Respon terhadap stimulus.
- Pulsasi teraba.
- B.P systolik _ 90 mmHg
Perencanaan / pelaksanaan:
( Algoritma ACLS)

















1. LOKASI KOMPRESI












X : 2 – 3 jari diatas procescus sipoideus

2. POSISI WAKTU KOMPRESI











Ket:
 Head tilt chin lift : tengadah kepada topang dagu.
 Jaw Thrust : Dorong mandibula ke depan dan keatas.
 Tripple Manufer : perasat 3 cara
- ekstensi kepala.
- Dorong mandibula ke atas dan ke depan.
- Buka mulut
a) MEMBUKA JALAN NAPAS








Head Tilt Chin Lift

b) MENILAI PERNAPASAN










c) MEMBERIKAN NAPAS BUATAN













PROSEDUR B.H.D (B.L.S.)

MENILAI KESADARAN














MINTA PERTOLONGAN
















MEMPERBAIKI POSISI PENDERITA

















JIKA RESUSITASI GAGAL  MATI
 Dokter dan perawat memberi penjelasan pada keluarga
 Mempersiapkan jenazah:
- membersihkan dari alat yang telah digunakan dan ruangan.
- Membersihkan jasad

POST ARREST MANAGEMENT:
 Bila CPR berhasil

GASTRITIS

GASTRITIS

Pengertian
Gastritis adalah merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik difus, atau lokal. Dua jenis gastritis yang paling sering terjadi- gastritis superfisial akut dan gastritis atrofik kronik.(Silvia A.Price dkk., 1994; 376).

Patofisiologi

Asam dalam lumen + empendu,ASA, Alkohol, lain-lain

Penghacuran epitel sawar

Asam kembali berdifusi ke mukosa

Penghancuran sel mukosa

 Pepsinogen –pepsin Asam   Histamin

Perangsangan kolinergik

Fungsi sawar  Potilitas  Vasodilatasi
Pepsinogen Permiabilitas terhadap protein
Plasma bocor ke intestinum
Edema
Penghancuran kapiler dan vena kecil Plasma bocor ke dalam lambung

Perdarahan


Hematemesis





HEMATEMESIS MELENA

Pengertian
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran faeses atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara drah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal.
Biasanya terjadi hematemesis bila ada perdarahan di daerah proksimal jejunun dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas. Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan segera di rumah sakit.
Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas
Kelainan esofagus: varise, esofagitis, keganasan.
Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum, keganasan dan lain-lain.
Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation), purpura trombositopenia dan lain-lain.
Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid, alkohol, dan lai-lain.
Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran makan bagian atas, karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap macam perdarahan saluran makan bagian atas. Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas yang terbanyak dijumpai di Indonesia adalah pecahnya varises esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan saluran makan bagian atas (Hilmy 1971: 58)

Terapi
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang teliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas meliputi :
1. Pengawasan dan pengobatan umum
• Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang menimbulkan efek sedatif morfin, meperidin dan paraldehid sebaiknya dihindarkan.
• Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan bila perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.
• Infus cairan langsung dipasang dan diberilan larutan garam fisiologis selama belum tersedia darah.
• Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perlu dipasang CVP monitor.
• Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan perdarahan.
• Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang dan mempertahankan kadar hemoglobin 50-70 % harga normal.
• Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari, karbasokrom (Adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis (simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi perdarahan.
• Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberian antibiotika yang tidak diserap oleh usus, sebagai tindadakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan ensefalopati hepatik.
2. Pemasangan pipa naso-gastrik
Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan lambung, lavage (kumbah lambung) dengan air , dan pemberian obat-obatan. Pemberian air pada kumbah lambung akan menyebabkan vasokontriksi lokal sehingga diharapkan terjadi penurunan aliran darah di mukosa lambung, dengan demikian perdarahan akan berhenti. Kumbah lambung ini akan dilakukan berulang kali memakai air sebanyak 100- 150 ml sampai cairan aspirasi berwarna jernih dan bila perlu tindakan ini dapat diulang setiap 1-2 jam. Pemeriksaan endoskopi dapat segera dilakukan setelah cairan aspirasi lambung sudah jernih.
3. Pemberian pitresin (vasopresin)
Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per infus akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga menurunkan tekanan vena porta, dengan demikian diharapkan perdarahan varises dapat berhenti. Perlu diingat bahwa pitresin dapat menrangsang otot polos sehingga dapat terjadi vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-hati dengan pemakaian obat tersebut terutama pada penderita penyakit jantung iskemik. Karena itu perlu pemeriksaan elektrokardiogram dan anamnesis terhadap kemungkinan adanya penyakit jantung koroner/iskemik.
4. Pemasangan balon SB Tube
Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan akibat pecahnya varises. Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan sesudah penderita tenang dan kooperatif, sehingga penderita dapat diberitahu dan dijelaskan makna pemakaian alat tersebut, cara pemasangannya dan kemungkinan kerja ikutan yang dapat timbul pada waktu dan selama pemasangan.
Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian SB tube ini dalam menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas akibat pecahnya varises esofagus. Komplikasi pemasangan SB tube yang berat seperti laserasi dan ruptur esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah dijumpai.
5. Pemakaian bahan sklerotik
Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau sotrdecol 3 % sebanyak 3 ml dengan bantuan fiberendoskop yang fleksibel disuntikan dipermukaan varises kemudian ditekan dengan balon SB tube. Tindakan ini tidak memerlukan narkose umum dan dapat diulang beberapa kali. Cara pengobatan ini sudah mulai populer dan merupakan salah satu pengobatan yang baru dalam menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya varises esofagus.
6. Tindakan operasi
Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami kegagalan dan perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan operasi . Tindakan operasi yang basa dilakukan adalah : ligasi varises esofagus, transeksi esofagus, pintasan porto-kaval.
Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti dan fungsi hari membaik.

Pengkajian
Aktivitas / Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelehan
Tanda : Takikardi, takipnea/hiperventilasi (respon terhadap aktivitas)
Sirkulasi
Gejala : Hipotensi, takikardi, disritmia (hipovolemia/hipoksemia), nadi perifer lemah
Pengisian kapiler terlambat (capilarirefil time> 3 detik)
Warna kulit pucat, sianosis, (tergantung jumlah kehilangan darah)
Kelembaban kulit/membran mukosa : berkeringat (menunjukan status syok , nyeri akut, respon psikologis).
Itegritas Ego
Gejala : Faktor stress akut atau kronis (Keuangan, hubungan, kerja), perasaan tak berdaya
Tanda : Gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.
Eliminasi :
Gejala : Riwayat perawatan di RS sebelumnya karena perdarahan GI atau masalah yang berhubungan dengan GI mis. Luka peptik/gaster, gastritis, iradiasi area gaster. Perubahan pada defekasi/karakteristik feses.
Tanda : Nyeri tekan abdomen, distensi
Bunyi usus sering hiperaktif selama perdarahan, karakter feses diare, darah wana gelap, kecoklatan, atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk,(steatorea), Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida)
Haluaran urine : menurun , pekat.

Makanan/cairan
Gejala :Anoreksia, mual, muntah, Cekukan, Nyeri uluhati, sendawa bau asam, Tidak toleran terhadap makanan, penurunan berat badan.
Tanda : Muntah : warna kopi, gelap, atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah. Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk, berat jenis urine meningkat.

Neurosensori
Gejala : Rasa berdenyut pusing/sakit kepala, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi/bingung, sampai pingsan, koma( tergantung sirkulasi/ oksigenasi).
Nyeri kenyamanan
Gejala : Nyeri digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar,perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat diserta perforasi.
Rasa ketidaknyamanan/distres samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut).
Nyeri epigastrium kiri sampai tengah/nyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster)
Nyeri gaster terlokasi dikanan terjadi lebih kurang 4 jam setelah makan/bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (Ulkus duadenal)
Tidak ada nyeri farises esopagus atau gastritis.
Faktor pencetus : Makanan, rokok, alkohol, pengguna obat-obatan tertentu misal salisilat, reserpin,antibiotik,ibuprofen, stresor psikologis.
Tanda : Wajah berkerut berhati-hati pada area yang sakit, pucat berkeringat, perhatian menyempi.
Keamanan
Gejala : Alergi terhadap obat/sensitif misal ASA
Tanda : Peningkatan suhu
Spider angioma , eritema palmar, (Menunjukan sirosis/hipertensi portal)
Pemeriksaan Diagnostik
EGD
Minum barium dengan foto rotgen
Analisa gaster
Angiografi
Tes feses akan aktif
HB/HT :Penurunan HB.
Jumlah darah lengkap
BUN
Kreatinin
Amonia
Profil koagulasi
GDA
Natrium
Kalium













Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
1.Kekurangan volume cairan b/d perdarahan
Tujuan : Menunjukan perbaikan keseimbangan cairan
Kriteria : Haluaran urene adekuat dengan berat jenis normal (1,010), Tanda vitak stabil, Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat (Capilarirefil time < 3 detik).

Intervensi Rasional
Catat karakteristik muntah dan/draenase
Observasi tanda vital tiap 1 jam sekali

Catat respon psikologis pasien


Observasi masukan dan haluaran

Pertahankan tirah baring u/ mencegah muntah dan tegang saat defekasi
Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasid
Berikan cairan jernih dan hindari kafein

Berikan cairan sesuai terapi medis

Pasang NGT pada perdarahan akut




Berikan obat sesuai terapi Medis Membedakab distres gaster
Perubahan TD dan nadi dapat digunakan u/perkiraan kehilangan darah
Simtomatologi dapat berguna dalam mengukur berat/lamanya periode perdarahan
Memberikan pedoman u/ penggantian cairan
Aktifitas dan tekanan intra abdominal dapat mencetuskanperdarahan lanjut.
Mencegah refluksgaster dan aspirasi antasida
Menetralisir asam lambung dan kafein merangsang produksi asam lambung.
Penggunaan cairan sesuai derajat hipovolemi dan kehilangan cairan.
Memberikan kesempatan untuk menghilangkan sekresi iritan pada gaster, untuk mengubah lambung yang berisi darah supaya tidak terbentuk amonia.
Untuk mengatasi keadaan akibat gastritis dan hematemesis

2. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d iritan mukosa gaster
Tujuan : Pasien mengatakan nyeri hilanh
Kriteria : Menunjukan rileks dan dapat tidur dengan enak/cepat.

Intervensi Rasional
Catat keluhan nyeri termasuk lokasi , lamanya, intensitas (skala 0-10)
Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi
Bantu latihan rentang aktif/pasif
Berikan perawatan oral dan pijat punggng,perubahan posisi

Berikan dan lakukan perubahan diet

Gunakan susu biasa daripada skim

Berikan obat sesuai terapi Medis misal analgetika dan antasid Membantu mendiagnosa etiologi perdarahan.
Makanan sebagai penetralisasi asam lambung
Menurunkan kekakuan sendi.
Nafas bau menimbulkan nafsu makan kurang

Untuk mengembalikan kondisi yang lemah
Lemak pada susu dapat menurunkan sekresi gaster
Menghilangkan rasa nyeri dan menurunkan keasaman gaster.

Daftar Pustaka
Marilynn E.Doenges dkk., (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

Sylvia A.Price dkk., (1994), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, EGC, Jakarta.
















ANALISA DATA

NO. DATA PENYEBAB MASALAH
1 Subjektif :
- Mual-mual
- Haus
Objektif :
- Muntah Darah SMRS


Hematemesis

Erosif mukosa lambung

Penghancuran kapiler dan vena kecil

Perdarahan
Kekurangan vulome cairan
2. Subjektif :
- Pasien mengatakan Lapar
Objektif :
- Puasa Pemasangan NGT

Kumbah Lambung


Resiko Tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Subjektif :
- Nyeri uluhati
Objektif :
- Muka meringis kesakitan
- Tidak bisa tidur Erosif mukosa lambung

Asam

Perangsangan kolinergik Gangguan Rasa Nyaman Nyeri

Diagnosa Keperawatan :
1. Kekurangan Cairan tubuh b/d Hematemesis karena gastritis erosiv
2. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Tindakan pembatasan intake nutrisi oral (Pemasangan NGT dan Puasa)
3. Gangguan Rasa nyaman nyeri b/d Erosif mukosa lambung


Intervensi Keperawatan :
1.Kekurangan volume cairan b/d perdarahan
Tujuan : Menunjukan perbaikan keseimbangan cairan
Kriteria : Haluaran urene adekuat dengan berat jenis normal (1,010), Tanda vitak stabil, Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat (Capilarirefil time < 3 detik).

Intervensi Rasional
Catat karakteristik muntah dan/draenase
Observasi tanda vital tiap 1 jam sekali

Catat respon psikologis pasien


Observasi masukan dan haluaran

Pertahankan tirah baring u/ mencegah muntah dan tegang saat defekasi
Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasid
Berikan cairan jernih dan hindari kafein

Berikan cairan sesuai terapi medis

Pasang NGT pada perdarahan akut




Berikan obat sesuai terapi Medis Membedakab distres gaster
Perubahan TD dan nadi dapat digunakan u/perkiraan kehilangan darah
Simtomatologi dapat berguna dalam mengukur berat/lamanya periode perdarahan
Memberikan pedoman u/ penggantian cairan
Aktifitas dan tekanan intra abdominal dapat mencetuskanperdarahan lanjut.
Mencegah refluksgaster dan aspirasi antasida
Menetralisir asam lambung dan kafein merangsang produksi asam lambung.
Penggunaan cairan sesuai derajat hipovolemi dan kehilangan cairan.
Memberikan kesempatan untuk menghilangkan sekresi iritan pada gaster, untuk mengubah lambung yang berisi darah supaya tidak terbentuk amonia.
Untuk mengatasi keadaan akibat gastritis dan hematemesis

2. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Tindakan pembatasan intake nutrisi oral (Pemasangan NGT dan Puasa)
Tujuan : Nutrisi kurang dari kebutuhan tidak terjadi
Kriteria : Porsi Intake nutrisi oral dapat dihabiskan
Pasien tidak mengeluh lapar
HB.70 % dari harga normal dapat dipertahankan
Intervensi Rasional
Kaji Tanda-tanda vital
Observasi hasil kumbah lambung
Berikan bubur tepung + susu
Berikan obat Laktulase Mengetahui gambaran kondisi pasien
Keadaan membaik (cairan hasil KL jernih)
Agar Mudah dicernak oleh lambung
Mencegah obstipasi


3. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d iritan mukosa gaster
Tujuan : Pasien mengatakan nyeri hilanh
Kriteria : Menunjukan rileks dan dapat tidur dengan enak/cepat.
Intervensi Rasional
Catat keluhan nyeri termasuk lokasi , lamanya, intensitas (skala 0-10)
Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi
Bantu latihan rentang aktif/pasif
Berikan perawatan oral dan pijat punggng,perubahan posisi

Berikan dan lakukan perubahan diet

Gunakan susu biasa daripada skim

Berikan obat sesuai terapi Medis misal analgetika dan antasid Membantu mendiagnosa etiologi perdarahan.
Makanan sebagai penetralisasi asam lambung
Menurunkan kekakuan sendi.
Nafas bau menimbulkan nafsu makan kurang

Untuk mengembalikan kondisi yang lemah
Lemak pada susu dapat menurunkan sekresi gaster
Menghilangkan rasa nyeri dan menurunkan keasaman gaster.


Iplementasi Keperawatan dan Evaluasi

No.Dx. Tgl. Jam Implementasi Evaluasi
1
8-10-02.
8.00
s/d
13.00


12.00

Mengukur nadi, tekanan darah, suhu, RR
Mengobservasi tetesan cairan 21 tetes/ mnt.
Mengkaji muntah dan mencatat pengeluaran cairan lewat NGT
Memberikan laktulace 1 sendok makan
Memberikan Inj.atropid (RI) 4 unit SC S : -
O : Tekanan darah 130/70 mmHg, Nadi 100 x/mnt, R/R 22 x mnt.
Muntah tidak ada
GDS. 268
A : Hematemesis tidak terjadi
P : Observasi cairan PZ. 0,9 % 14 tetes/mnt
Pasien pindah ruangan ke klas satu
1
9-10-02
14.00
s/d
19.00


17.00
Mengukur nadi, tekanan darah, suhu, RR
Mengobservasi tetesan cairan 21 tetes/ mnt.
Mengkaji muntah dan mencatat pengeluaran cairan lewat NGT
Memberikan laktulace 1 sendok makan
Memberikan Inj.atropid (RI) 4 unit SC S : Pasien mengatakan lemah
O : Post endoscopy
Dapat muntah darah di IRD
Melena sebanyak 100 c
Cairan Infus PZ terpasang
A : Masalah belum teratasi
P : Observasi TV.Cairan masuk dan haluaran, Hb. 8 gram, GDA 175 mg/ dl., Minum sedikit-sedikit
1
10-10-2002
14.00
s/d
19.00


17.00
Mengukur nadi, tekanan darah, suhu, RR
Mengobservasi tetesan cairan 21 tetes/ mnt.
Mengkaji muntah dan mencatat pengeluaran cairan lewat NGT
Memberikan laktulace 1 sendok makan

Memberikan Inj.atropid (RI) 6 unit SC S : Nyeri Uluhati
O : Nadi100 x /mnt, TD120/70 mmHg, R/R 37c
Terpasangcairan infus PZ dan Triofusin
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan observasi TV, Cairan Infus, Pemberian RI Sc,











No.Dx. Tgl. Jam Implementasi Evaluasi
2
8-10-02.
8.00
s/d
13.00

Kaji TV, tetesan cairan infus
Menjelaskan pada pasien supaya bubur dihabiskan karena membantu mempercepat pemulihan kondisi tubuh S : Pasien mengatakan tidak mual muntah lagi
O : TD 110/70 mmHg, Nadi 90 x/mnt, R/R 20 x/mnt
Infus PZ lancar
Porsi makan dimakan 5 sendok (tidak habis)
A : Masalah Belum teratasi
P : Jelaskan pentingnya nutrisi hihabiskan, isi bubur dijelaskan, pantangan makan yang keras dan merangsang.
2
9-10-02
14.00
s/d
19.00
18.00

Kaji TV, tetesan cairan infus
Menjelaskan pada pasien sementara puasa dulu post endoskopy
Memberikan pasien kumur-kumur. S : Pasien mengatakan tidak mual muntah lagi
O : TD 110/70 mmHg, Nadi 88 x/mnt, R/R 18 x/mnt
Infus PZ lancar
Porsi makan dimakan 5 sendok (tidak habis)
A : Masalah Belum teratasi
P : Jelaskan pentingnya puasa post endoskopy
Observasi muntah
2
10-10-2002
14.00
s/d
19.00



Kaji TV, tetesan cairan infus
Memberikan infus triofusin 7 tetes/mnt S : Pasien mengatakan tidak mual muntah lagi
O : TD 110/70 mmHg, Nadi 100 x/mnt, R/R 20 x/mnt S 37,3c
Infus PZ lancar
A : Masalah Belum teratasi
P : Jelaskan pentingnya puasa post endoskopy
Observasi muntah
No.Dx. Tgl. Jam Implementasi Evaluasi
3
8-10-02.
8.00
dan
12.00

Kaji rasa nyeri perut dan uluhatinya
Memberikan inj renitidin 150 mg IV
Memberi minum inpepsa suspensi 1 sdk makan S : Pasien mengatakan sakit perut
O : Nyeri tekan pada uluhati hilang timbul
A : Nyeri berkurang
P : Observasi mual,muntah dan nyeri perut.
3
9-10-02
14.00
s/d
19.00

Kaji rasa nyeri perut dan uluhatinya
Memberikan inj renitidin 150 mg IV
Memberi minum inpepsa suspensi 1 sdk makan
Memberi minum laktulose 1 sendok makan S : Pasien menatakan sakit perut kerkurang
O : Nyeri tekan pada uluhati hilang timbul
A : Nyeri berkurang
P : Observasi mual,muntah dan nyeri perut.
3
10-10-02
14.00
s/d
19.00

Kaji rasa nyeri perut dan uluhatinya
Memberi minum inpepsa suspensi 1 sdk makan
Memberi minum laktulose 1 sendok makan S : Pasien menatakan sakit perut kerkurang
O : Nyeri tekan pada uluhati hilang timbul
A : Nyeri berkurang
P : Observasi mual,muntah dan nyeri perut.

KOMUNITAS

STANDAR
dan
STANDAR OPERATING PROSEDUR (SOP)

WAKTU : 5 sesi @ 90 menit


TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini peserta diharapkan dapat memahami dan mampu membuat Standar,dan SOP.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah menyelesaikan kegiatan sesi ini, peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian standar.
2. Menjelaskan tujuan standar
3. Menyebutkan manfaat standar.
4. Mengidentifikasi komponen –komponen standar
5. Menjelaskan pengertian SOP
6. Menjelaskan tujuan SOP
7. Menjelaskan manfaat SOP
8. Menjelaskan prinsip-prinsip penyusunan SOP.
9. Membuat SOP

MATERI

Standar dan SOP serta penerapannya
1. Pengertian standar
2. Tujuan standar
3. Manfaat standar dan komponen komponennya
4. Pengertian SOP
5. Tujuan SOP
6. Manfaat SOP
7. Prinsip-prinsip dalam penyususunan SOP
8. Pembuatan SOP

METODA

1. Kuliah singkat
2. Penugasan
3. Kerja Kelompok
4. Presentasi – Diskusi Pleno



























RENCANA PENGAJARAN (belum)

Proses pembelajaran ini meliputi 5 sesi @ 90 menit secara intensif, kombinasi antara kuliah singkat, kerja kelompok dan diskusi pleno. Rencana pengajaran kelima sesi sebagai berikut:
Sesi I: Sesi II: Sesi III:
Bagian A:

Topik :
Introduksi standar


Metoda :
Kuliah singkat

Waktu: 30 min
Bagian A:

Topik:
Menulis standar keperawatan dan kebidanan


Metoda:
Kuliah singkat

Waktu: 30 min
Bagian A:

Topik:
Standar Oprating Prosedur



Metoda:
Kuliah singkat

Waktu: 30 min
Bagian B:

Topik: dimensi
Dan prioritas fungsi yang masuk katagori


Metoda:
Kerja kelompok dan pleno

Waktu: 60 min
Bagian B:

Topik:
Menulis standar keperawatan dan kebidanan


Metoda:
Kerja kelompok


Waktu: 60 min
Bagian B:

Topik:
Membuat standar operating prosedur



Metoda:
Kerja kelompok dan pleno

Waktu: 60 min












MATERI
STANDAR dan STANDAR OPERATING PROSEDUR(SOP)

Pendahuluan

Peningkatan kinerja pelayanan kesehatan telah menjadi tema utama di seluruh dunia. Dengan tema ini, organisasi pelayanan kesehatan dan kelompok profesional kesehatan sebagai pemberi pelayanan harus menampilkan akontabilitas sosial mereka dalam memberikan pelayanan yang mutakhir kepada konsumen yang berdasarkan standar profesionalisme, sehingga diharapkan dapat memenuhi harapan masyarakat. Sebagai konsekuensinya peningkatan kinerja memerlukan persyaratan yang diterapkan dalam melaksanakan pekerjaan yang berdasarkan standar tertulis.
Dalam pelayanan keperawatan dan kebidanan, standar sangat membantu perawat dan bidan untuk mencapai asuhan yang berkualitas, sehingga perawat dan bidan harus berpikir realistis tentang pentingnya evaluasi sistematis terhadap semua aspek asuhan yang berkualitas tinggi. Namun keberhasilan dalam mengimplementasikan standar sangat tergantung pada individu perawat atau bidan itu sendiri, usaha bersama dari semua staf dalam suatu organisasi, disamping partisipasi dari seluruh anggota profesi.

Beberapa Pengertian tentang Standar

Banyak diskusi dalam mempelajari dan membahas definisi standar. Kamus Oxford memberikan beberapa pengertian konsep kunci mengenai definisi standar. Pertama, standar adalah derajat terbaik. Kedua, standar memberikan suatu dasar perbandingan. Ketiga, beberapa pengertian lain seperti tertulis dibawah ini;
1. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsesus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya (PP 102 tahun 2000).
2. Standar adalah suatu catatan minimum dimana terdapat kelayakan isi dan akhirnya masyarakat mengakui bahwa standar sebagai model untuk ditiru
3. Standar adalah suatu pernyataan tertulis tentang harapan yang spesifik.
4. Standar adalah pernyataan tertulis dari suatu harapan-harapan yang spesifik .
5. Standar adalah suatu patokan pencapaian berbasis pada tingkat (dr. Yodi Mahendrata).
6. Standar adalah suatu pedoman atau model yang disusun dan disepakati bersama serta dapat diterima pada suatu tingkat praktek untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Reyers, 1983).
7. Standar adalah nilai-nilai (values) yang tertulis meliputi peraturan-peraturan dalam mengaplikasi proses-proses kunci, proses itu sendiri, dan hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
8. Standar adalah menaikkan ketepatan kualitatif atau kuantitatif yang spesifik dari komponen struktural dalam sistem pelayanan kesehatan yang didasarkan pada proses atau hasil suatu harapan (Donebean).

Standar yang berbasis pada sistem manjemen kinerja menegaskan spesifikasi suatu kinerja antara lain;
a. Spesifik (specific)
b. Terukur (measurable)
c. Tepat (appropriate)
d. Andal (reliable)
e. Tepat waktu (timely)

Standar yang dikembangkan dengan baik akan memberikan ciri ukuran kualitatif yang tepat seperti yang tercantum dalam standar pelaksanaannya. Standar selalu berhubungan dengan mutu karena standar menentukan mutu. Standar dibuat untuk mengarahkan cara pelayanan yang akan diberikan serta hasil yang ingin dicapai.

Ada 4 Ketentuan Standar
1. Harus tertulis dan dapat diterima pada suatu tingkat praktek, mudah dimengerti oleh para pelaksananya.
2. Mengandung komponen struktur (peraturan-peraturan), proses (tindakan/actions) dan hasil (outcomes). Standar struktur menjelaskan peraturan, kebijakan fasilitas dan lainnya. Proses standar menjelaskan dengan cara bagaimana suatu pelayanan dilakukan dan outcome standar menjelaskan hasil dari dua komponen lainnya.
3. Standar dibuat berorientasi pada pelanggan, staf dan sistem dalam organosasi. Pernyataan standar mengandung apa yang diberikan kepada pelanggan/pasen, bagaimana staf berfungsi atau bertindak dan bagaimana sistem berjalan. Ketiga komponen tersebut harus berhubungan dan terintegrasi. Standar tidak akan berfungsi bila kemampuan atau jumlah staf tidak memadai.
4. Standar harus disetujui atau disahkan oleh yang berwenang. Sekali standar telah dibuat, berarti sebagian pekerjaan telah dapat diselesaikan dan sebagian lagi adalah mengembangkannya melalui pemahaman (desiminasi). Komitmen yang tinggi terhadap kinerja prima melalui penerapan-penerapannya secara konsisten untuk tercapainya tingkat mutu yang tinggi.

Komponen – Komponen Standar

Beberapa komponen yang harus ada pada standar :
1. Standar Struktur
Standar struktur adalah karakteristik organisasi dalam tatanan asuhan yang diberikan. Standar ini sama dengan standar masukan atau standar input yang meliputi;


Filosofi dan objektif
Organisasi dan administrasi
Kebijakan dan peraturan
Staffing dan pembinaan
Deskripsi pekerjaan (fungsi tugas dan tanggung jawab setiap posisi klinis)
Fasilitas dan peralatan

2. Standar Proses
Standar proses adalah kegiatan dan interaksi antara pemberi dan penerima asuhan. Standar ini berfokus pada kinerja dari petugas profesional di tatanan klinis, mencakup :
Fungsi tugas, tanggung jawab, dan akontabilitas
Manajemen kinerja klinis
Monitoring dan evaluasi kinerja klinis

3. Standar Outcomes
Standar outcomes adalah hasil asuhan dalam kaitannya dengan status pasen. Standar ini berfokus pada asuhan pasen yang prima, meliputi :
Kepuasan pasen
Keamanan pasen
Kenyamanan pasen

Dalam pelayanan kesehatan, hasil mungkin tidak selalu seperti apa yang diharapkan atau diinginkan, namun standar struktur dan proses yang baik akan menunjukkan sejauh mana kemungkinan pencapaian outcomse atau hasil yang diharapkan. Outcomes adalah hasil yang dicapai melalui penentuan dan melengkapi proses. Outcomes ditulis untuk setiap prosedur, pedoman praktek dan rencana.



Tingkatan Standar

Pada dasarnya ada dua tingkatan standar yaitu minimum dan optimum. Standar minimum adalah sesuatu standar yang harus dipenuhi dan menyajikan suatu tingkat dasar yang harus diterima, disamping ada standar lain yang secara terarah dan berkesinambungan dapat dicapai. Ini merupakan keinginan atau disebut juga standar optimum. Standar minimum harus dicapai seluruhnya tanpa ada pertanyaan. Standar optimum mewakili keadaan yang diinginkan atau disebut juga tingkat terbaik, dimana ditentukan hal-hal yang harus dikerjakan dan mungkin hanya dapat dicapai oleh mereka yang berdedikasi tinggi.

Penggunaan Standar

Dalam pelayanan kesehatan, standar digunakan dalam satu dari tiga proses evaluasi; menilai diri sendiri, inspeksi, dan akreditasi. Istilah penilaian diri sendiri menunjukkan penilaian satu kinerja diri sendiri. Proses ini, mungkin dirancang oleh individu tersebut atau komite dari luar, mengenai evaluasi pemenuhan standar. Apakah standar tersebut terpenuhi atau tidak. Hal ini dapat menjadi suatu pengalaman belajar yang sangat berharga, terutama apabila ada komitmen untuk menganalisa secara jujur mengenai kekuatan dan kelemahan kinerja. Standar adalah kesepakatan kinerja untuk mencapai luaran/hasil kerja tertentu.

Manfaat Standar :
1. Standar menetapkan norma dan memberi kesempatan anggota masyarakat dan perorangan mengetahui bagaimanakah tingkat pelayanan yang diharapkan/ diinginkan. Karena standar tertulis sehingga dapat dipublikasikan/diketahui secara luas.
2. Standar menunjukkan ketersediaan yang berkualitas dan berlaku sebagai tolok ukur untuk memonitor kualitas kinerja.
3. Standar berfokus pada inti dan tugas penting yang harus ditunjukkan pada situasi aktual dan sesuai dengan kondisi lokal.
4. Standar meningkatkan efisiensi dan mengarahkan pada pemanfaatan sumber daya dengan lebih baik.
5. Standar meningkatkan pemanfaatan staf dan motivasi staf.
6. Standar dapat digunakan untuk menilai aspek praktis baik pada keadaan dasar maupun post-basic pelatihan dan pendidikan.

Cara Penulisan Standar

Berikut ini adalah langkah praktis merancang standar ;
1. Apabila menulis satu standar mulailah dengan pernyataan standar.
2. Identifikasi kriteria outcomes dalam bentuk pertanyaan, siap untuk dimonitor.
3. Identifikasi proses yang dibutuhkan untuk mencapai outcomes (apa yang harus dikerjakan).
4. Identifikasi struktur (apa yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses untuk mencapai outcomes)
5. Ringkaskan, identifikasi kriteria kunci sebagai kelompok profesional yang senantiasa bekerja sama, oleh karena itu kriteria proses tidak perlu dikembangkan dalam buku prosedur (Standart Operating Procedure/Prosedur Operasi Baku).
6. Gunakanlah kata-kata yang dapat diukur, contoh; anda tidak dapat mengukur ‘kemungkinan’, ‘mengerti’, ‘tepat’. Anda perlu mengidentifikasi kata yang berarti dalam istilah pengukuran.
7. Memastikan bahwa outcomes mengukur pernyataan standar.
8. Keterlibatan tim multi disiplin dalam menyusun standar, sangat dperlukan.
9. Monitoring standar harus merupakan bagian dari evaluasi asuhan pasen.
10. Standar harus merefleksi kepada asuhan spesifik yang diperlukan pasen
11. Standar harus menjadi bagian sistem yang mudah dicapai, kemudian diperbaiki dalam beberapa bulan untuk mengecek konsistensi pencapaian.
12. Standar baru harus dipelihara untuk meningkatkan kinerja standar sebaiknya diletakkan dalam rak buku di ruangan.
13. Walaupun dalam pelayanan kesehatan, hasil mungkin tidak selalu seperti apa yang diinginkan atau diharapkan, definisi standar struktur dan proses yang baik, terlihat sejauh mana ditingkatkan kemungkinan pencapaian outcomes atau hasil yang diharapkan. Outcomes adalah hasil yang dicapai melalui penentuan dan melengkapi proses. Outcomes ditulis untuk setiap prosedur, pedoman praktek dan rencana.

Prioritas Dimensi dan Fungsi Keperawatan dan Kebidanan untuk Standarisasi

Langkah I
1. Buatlah daftar dimensi/area utama keperawatan/kebidanan di unit kerja anda.
2. Untuk setiap dimensi/area, tetapkan fungsi mana yang sangat penting (esensial).

Langkah II
Kelompokkan fungsi tersebut diatas kedalam format dibawah ini berdasarkan kriteria yang terdapat disetiap kolom, yaitu: resiko tinggi, volume tinggi, rawan masalah dan biaya tinggi. Mungkin satu fungsi masuk kedalam satu/lebih kriteria yang ada dalam kolom ini.

Dimensi/Area Resiko Tinggi Volume Tinggi Rawan Masalah Biaya Tinggi
I
II
III

Langkah III
Berdasarkan matrik diatas, tulislah kelompok fungsi yang masuk kolom fungsi kritis, sangat-sangat penting, sangat penting, dan penting seperti yang terlihat dalam matrik dibawah ini. Matrik ini menunjukkan bahwa tingkat prioritas utama dalam sistem manajemen kinerja. Fungsi yang masuk kedalam empat kategori dipertimbangkan sebagai fungsi kritis. Fungsi yang masuk kedalam tiga dari empat kategori dipertimbangkan sebagai fungsi yang sangat-sangat penting.

Fungsi yang masuk kedalam dua dari empat kategori adalah sangat penting. Terakhir, fungsi yang masuk kedalam kategori hanya satu adalah fungsi yang penting.

Fungsi Kritis Fungsi sangat-sangat penting Fungsi sangat
penting Fungsi penting







Kesimpulan: Fungsi kritis, fungsi sangat-sangat penting, fungsi sangat penting memerlukan pengukuran, sedangkan fungsi penting mungkin atau tidak memerlukan pengukuran.

Penulisan Standar Keperawatan dan Kebidanan

Berikut ini adalah langkah praktis merancang standar:
1. Apabila menulis satu standar mulailah dengan pernyataan standar.
2. Identifikasi kriteria outcomes dalam bentuk pertanyaan, siap untuk dimonitor.
3. Identifikasi proses yang dibutuhkan untuk mencapai outcomes (apa yang harus dikerjakan).
4. Identifikasi struktur (apa yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses untuk mencapai outcomes).
5. Ringkaskan, identifikasi kriteria kunci, sebagai kelompok profesional yang senantiasa bekerja sama, oleh karena itu kriteria proses tidak perlu dikembangkan dalam buku prosedur (SOP).
6. Gunakanlan kata-kata yang dapat diukur, contoh; anda tidak dapat mengukur ‘kemungkinan’, ‘mengerti’, ‘tepat’. Anda perlu mengidentifikasi kata yang berarti dalam istilah pengukuran.
7. Mengecek bahwa outcomes mengukur pernyataan standar.
8. Keterlibatan tim multidisiplin dalam menyusun standar.
9. Monitoring standar harus bagian dari evaluasi asuhan pasen.
10. Standar harus merefleksi kepada asuhan spesifik yang diperlukan pasen.
11. Standar harus menjadi bagian sistem yang mudah dicapai, kemudian diperbaiki dalam beberapa bulan untuk mengecek konsistensi pencapaian  Standar baru harus dipelihara untuk meningkatkan kinerja  standar sebaiknya diletakkan dalam rak buku di ruangan.

Menulis Standar Keperawatan dan Kebidanan

1. Berdasarkan prioritas yang terdapat dalam matrik sebelumnya, kelompok kerja memilih satu fungsi yang diprioritaskan untuk diolah ke dalam standarisasi.
2. Mengembangkan satu standar berdasarkan fungsi kritis yang dipilih.
3. Menulis pernyataan standar dengan menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti dan dapat diukur kedalam format dibawah ini.
4. Menuliskan pernyataan dalam kolom struktur, proses dan outcomes pada format tersedia.
Dimensi:_________________________ Fungsi:___________________________

Pernyataan Standar:
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Struktur Proses Outcome















STANDAR OPERATING PROCEDURE (SOP)

Pengertian :
1. Suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Protap merupakan tatacara atau tahapan yang harus dilalui dalam suatu proses kerja tertentu, yang dapat diterima oleh seorang yang berwenang atau yang bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat penampilan atau kondisi tertentu sehingga suatu kegiatan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien. (Depkes RI, 1995)
3. SOP merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dialui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu. (KARS, 2000)

Tujuan :
1. Agar petugas menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas atau tim dalam organisasi atau unit.
2. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi
3. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas terkait.
4. Melindungi organisasi dan staf dari malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.
5. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi

Fungsi :
1. Memperlancar tugas petugas atau tim.
2. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.
3. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.
4. Mengarahkan petugas untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.
5. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.




Prinsip-prinsip protap :
1. Harus ada pada setiap kegiatan pelayanan.
2. Bisa berubah sesuai dengan perubahan standar profesi atau perkembangan iptek serta peraturan yang berlaku.
3. Memuat segala indikasi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi pada setiap upaya, disamping tahapan-tahapan yang harus dilalui setiap kegiatan pelayanan.
4. Harus didokumentasikan.

Jenis dan ruang lingkup SOP:

1. SOP pelayanan profesi  terdapat dua kelompok.
a. SOP untuk aspek keilmuan  adalah SOP mengenai proses kerja untuk diagnostik dan terapi.
b. SOP untuk aspek manajerial  adalah SOP mengenai proses kerja yang menunjang SOP keilmuan dan pelayanan pasen non-keilmuan.
SOP profesi mencakup:
- Pelayanan medis
- Pelayanan penunjang
- Pelayanan keperawatan

2. SOP administrasi mencakup:
a. Perencanaan program/kegiatan
b. Keuangan
c. Perlengkapan
d. Kepegawaian
e. Pelaporan




Tahap-tahap Penyusunan Protap :
1. Merumuskan tujuan protap
- Menentukan judul
2. Menentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan protap :
- Menterjemahkan policy/kebijakan/ketentuan-ketentuan/peraturan-peraturan kebijakan berguna untuk :
a. Terjaminnya suatu kegiatan
b. Membuat standar kinerja
c. Menyelesaikan suatu konflik dalam tim kerja
3. Membuat aliran proses
- Bentuk bagan-bagan yang menggambarkan proses atau urutan jalannya suatu produk/tatacara yang mencatat segala peristiwa;
a. Memberi gambaran lengkap tentang apa yang dilaksanakan
b. Membantu setiap pelaksanaan untuk memahami peran dan fungsinya dengan pihak lain.
- Syarat suatu bagan harus dibuat atas dasar pengamatan langsung, tidak boleh dibuat atas dasar apa yang diingat serta disusun dalam “Flow of Work”
Teknik membuat pertanyaan-pertanyaan dasar :
a. Tujuan : Apa sebenarnya yang dikerjakan dan mengapa ?
b. Tempat : Dimana saja dilakukan dan mengapa ?
c. Urutan : Kapan dilakukan dan mengapa waktu itu ?
d. Petugas : Siapa yang melakukan dan mengapa oleh dia ?
e. Cara : Metoda apa yang dipakai dan mengapa dengan caa itu ?
4. Menyusun prosedur atau pelaksanaan kegiatan; Prosedur atau pelaksanaan disusun berdasarkan atas hasil pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas (flow of work) yang menggambarkan suatu unit kegiatan yang terbagi habis  tercapai kepuasan kerja dan tercapainya tujuan.




Penerapan standar kebidanan di suatu wilayah/daerah perlu diikuti dengan :
1. Dukungan dan kebijakan Nasional
2. Aksi lokal
3. Keterlibatan seluruh stakeholders utama
4. Pengujian di wilayah-wilayah terpilih untuk mengidentifikasikan atau mengembangkan models yang praktis dan terbail dan dijadikan “lesson learned”
5. Dikembangkan ke wilayah lain.


KESIMPULAN

Standar sangat diperlukan dalam pelayanan keperawatan dan kebidanan. Standar sangat membantu perawat dan bidan untuk mencapai asuhan yang berkualitas. Tingkatan standar terbagi menjadi dua yaitu standar minimum dan standar optimum. Standar minimum harus dicapai oleh perawat dan bidan, sementara standar optimum adalah suatu keadaan ideal yang ingin dicapai. Ada empat ketentuan standar yaitu harus tertulis, mengandung komponen struktur, proses, dan outcomes , berorientasi pada pelanggan serta disetujui dan disyahkan oleh yang berwenang. Penggunaan standar terutama pada tiga proses evaluasi ; menilai diri sendiri, inspeksi, dan akreditasi.

EVALUASI

1. Jelaskan pengertian standar yang anda ketahui !
2. Apakah komponen-komponen standar ? Jelaskan dengan singkat!
3. Jelaskan manfaat standar !
4. Jelaskan perbedaan standar Minimum dan Optimum !
5. Apakah manfaat penggunaan standar ?


KEPUSTAKAAN

Ann Marriner-Tomey (1996). Guide To Nursing Management and Leadership. Method of Evaluation. Mosby-Year Book, Inc St. Louis, USA
Heidemann EG. The Contemporary Use of Standards in Health Care. Geneva. WHO; 1993.
Katz JM, Green E. Managing Quality: A Guide to System-Wide Performance Management in Health Care. 2nd Ed. St. Louis. Mosby; 1997.
eissenheimer CG. Improving Quality: Guide to Effective Program. 2nd Ed. Maryland. Aspen Pub; 1997.
Sale D. Quality Assurance for Nurses and Other Members of The Health Care team. 2nd Ed. London. MacMillian; 1996.
Swansburg, A.C (1996). Management and Leadership for Nurse Managers. Jones and Bartlett Publishers International, London England.
Jacqucline M. Katz & Eleanor Green; “Managing Quality, A Guide to System-wide
Performance Management In Health Care”
Direktorat UMDK, Dit.Jend. Yan.Med.DEPKES RI “Petunjuk Teknis Penyusunan
Prosedur Tetap Kegiatan Rumah Sakit Swadana”, Jakarta 1995