Sabtu, 31 Juli 2010

RESUSITASI JANTUNG PARU

RESUSITASI JANTUNG PARU
Pengertian:
RJP adalah usaha –usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah sesuatu episode henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis.

Indikasi :
 Keadaan henti napas.
 Keadaan henti jantung

Kontra indikasi:
 Terminal illnes
 Mati secara klinis > 5 menit

Prosedur:
 algoritma ACLS

Nursing Management
During Resusitation:
 Orang pertama yang menemukan penderita  - memulai CPR
- meminta pertolongan
 Melanjutkan CPR
 Monitoring: irama jantung, tanda vital, defibrilasi, pemberian obat-obatan, mencatat kejadian mengontrol lingkungan, calling dokter dan keluarga.
 Support keluarga
Post Arrest Management:
1. EKG :
Memonitor irama cardiac.
2. Pemberian Oksigen:
Melalui nasal kanula, face mask, atau ventilasi mekanik.
3. Pastikan kepatenan IV line.
Pemberian therapi : antiaritmia, morphin, atrophin, dll.
4. Temukan Penyebab arrest, jika memungkinkan.
5. Lanjutkanpengkajian hemodinamik.
6. EKG 12 lead.:
Untuk menentukan :
- ada infark baru ? meluas ?.
- disritmia
7. Nilai laboratorium:
- CK –MB
- Analisa gas darah : keseimbangan asam basa : oksigenasi
8. Chest – X-ray
Evaluasi posisi alat : ETT, cateter didalam tubuh.

Diagnosa Keperawatan:
1. menurunnya kardiac output b.d gangguan fungsi mekanik dan / elektrik jantung
Tujuan:
Pasien memiliki cardiag output yang adekuat ditandai dengan :
- Respon terhadap stimulus.
- Pulsasi teraba.
- B.P systolik _ 90 mmHg
Perencanaan / pelaksanaan:
( Algoritma ACLS)

















1. LOKASI KOMPRESI












X : 2 – 3 jari diatas procescus sipoideus

2. POSISI WAKTU KOMPRESI











Ket:
 Head tilt chin lift : tengadah kepada topang dagu.
 Jaw Thrust : Dorong mandibula ke depan dan keatas.
 Tripple Manufer : perasat 3 cara
- ekstensi kepala.
- Dorong mandibula ke atas dan ke depan.
- Buka mulut
a) MEMBUKA JALAN NAPAS








Head Tilt Chin Lift

b) MENILAI PERNAPASAN










c) MEMBERIKAN NAPAS BUATAN













PROSEDUR B.H.D (B.L.S.)

MENILAI KESADARAN














MINTA PERTOLONGAN
















MEMPERBAIKI POSISI PENDERITA

















JIKA RESUSITASI GAGAL  MATI
 Dokter dan perawat memberi penjelasan pada keluarga
 Mempersiapkan jenazah:
- membersihkan dari alat yang telah digunakan dan ruangan.
- Membersihkan jasad

POST ARREST MANAGEMENT:
 Bila CPR berhasil

GASTRITIS

GASTRITIS

Pengertian
Gastritis adalah merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik difus, atau lokal. Dua jenis gastritis yang paling sering terjadi- gastritis superfisial akut dan gastritis atrofik kronik.(Silvia A.Price dkk., 1994; 376).

Patofisiologi

Asam dalam lumen + empendu,ASA, Alkohol, lain-lain

Penghacuran epitel sawar

Asam kembali berdifusi ke mukosa

Penghancuran sel mukosa

 Pepsinogen –pepsin Asam   Histamin

Perangsangan kolinergik

Fungsi sawar  Potilitas  Vasodilatasi
Pepsinogen Permiabilitas terhadap protein
Plasma bocor ke intestinum
Edema
Penghancuran kapiler dan vena kecil Plasma bocor ke dalam lambung

Perdarahan


Hematemesis





HEMATEMESIS MELENA

Pengertian
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran faeses atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara drah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal.
Biasanya terjadi hematemesis bila ada perdarahan di daerah proksimal jejunun dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas. Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan segera di rumah sakit.
Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas
Kelainan esofagus: varise, esofagitis, keganasan.
Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum, keganasan dan lain-lain.
Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation), purpura trombositopenia dan lain-lain.
Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid, alkohol, dan lai-lain.
Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran makan bagian atas, karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap macam perdarahan saluran makan bagian atas. Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas yang terbanyak dijumpai di Indonesia adalah pecahnya varises esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan saluran makan bagian atas (Hilmy 1971: 58)

Terapi
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang teliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas meliputi :
1. Pengawasan dan pengobatan umum
• Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang menimbulkan efek sedatif morfin, meperidin dan paraldehid sebaiknya dihindarkan.
• Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan bila perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.
• Infus cairan langsung dipasang dan diberilan larutan garam fisiologis selama belum tersedia darah.
• Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perlu dipasang CVP monitor.
• Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan perdarahan.
• Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang dan mempertahankan kadar hemoglobin 50-70 % harga normal.
• Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari, karbasokrom (Adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis (simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi perdarahan.
• Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberian antibiotika yang tidak diserap oleh usus, sebagai tindadakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan ensefalopati hepatik.
2. Pemasangan pipa naso-gastrik
Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan lambung, lavage (kumbah lambung) dengan air , dan pemberian obat-obatan. Pemberian air pada kumbah lambung akan menyebabkan vasokontriksi lokal sehingga diharapkan terjadi penurunan aliran darah di mukosa lambung, dengan demikian perdarahan akan berhenti. Kumbah lambung ini akan dilakukan berulang kali memakai air sebanyak 100- 150 ml sampai cairan aspirasi berwarna jernih dan bila perlu tindakan ini dapat diulang setiap 1-2 jam. Pemeriksaan endoskopi dapat segera dilakukan setelah cairan aspirasi lambung sudah jernih.
3. Pemberian pitresin (vasopresin)
Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per infus akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga menurunkan tekanan vena porta, dengan demikian diharapkan perdarahan varises dapat berhenti. Perlu diingat bahwa pitresin dapat menrangsang otot polos sehingga dapat terjadi vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-hati dengan pemakaian obat tersebut terutama pada penderita penyakit jantung iskemik. Karena itu perlu pemeriksaan elektrokardiogram dan anamnesis terhadap kemungkinan adanya penyakit jantung koroner/iskemik.
4. Pemasangan balon SB Tube
Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan akibat pecahnya varises. Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan sesudah penderita tenang dan kooperatif, sehingga penderita dapat diberitahu dan dijelaskan makna pemakaian alat tersebut, cara pemasangannya dan kemungkinan kerja ikutan yang dapat timbul pada waktu dan selama pemasangan.
Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian SB tube ini dalam menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas akibat pecahnya varises esofagus. Komplikasi pemasangan SB tube yang berat seperti laserasi dan ruptur esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah dijumpai.
5. Pemakaian bahan sklerotik
Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau sotrdecol 3 % sebanyak 3 ml dengan bantuan fiberendoskop yang fleksibel disuntikan dipermukaan varises kemudian ditekan dengan balon SB tube. Tindakan ini tidak memerlukan narkose umum dan dapat diulang beberapa kali. Cara pengobatan ini sudah mulai populer dan merupakan salah satu pengobatan yang baru dalam menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya varises esofagus.
6. Tindakan operasi
Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami kegagalan dan perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan operasi . Tindakan operasi yang basa dilakukan adalah : ligasi varises esofagus, transeksi esofagus, pintasan porto-kaval.
Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti dan fungsi hari membaik.

Pengkajian
Aktivitas / Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelehan
Tanda : Takikardi, takipnea/hiperventilasi (respon terhadap aktivitas)
Sirkulasi
Gejala : Hipotensi, takikardi, disritmia (hipovolemia/hipoksemia), nadi perifer lemah
Pengisian kapiler terlambat (capilarirefil time> 3 detik)
Warna kulit pucat, sianosis, (tergantung jumlah kehilangan darah)
Kelembaban kulit/membran mukosa : berkeringat (menunjukan status syok , nyeri akut, respon psikologis).
Itegritas Ego
Gejala : Faktor stress akut atau kronis (Keuangan, hubungan, kerja), perasaan tak berdaya
Tanda : Gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.
Eliminasi :
Gejala : Riwayat perawatan di RS sebelumnya karena perdarahan GI atau masalah yang berhubungan dengan GI mis. Luka peptik/gaster, gastritis, iradiasi area gaster. Perubahan pada defekasi/karakteristik feses.
Tanda : Nyeri tekan abdomen, distensi
Bunyi usus sering hiperaktif selama perdarahan, karakter feses diare, darah wana gelap, kecoklatan, atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk,(steatorea), Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida)
Haluaran urine : menurun , pekat.

Makanan/cairan
Gejala :Anoreksia, mual, muntah, Cekukan, Nyeri uluhati, sendawa bau asam, Tidak toleran terhadap makanan, penurunan berat badan.
Tanda : Muntah : warna kopi, gelap, atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah. Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk, berat jenis urine meningkat.

Neurosensori
Gejala : Rasa berdenyut pusing/sakit kepala, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi/bingung, sampai pingsan, koma( tergantung sirkulasi/ oksigenasi).
Nyeri kenyamanan
Gejala : Nyeri digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar,perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat diserta perforasi.
Rasa ketidaknyamanan/distres samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut).
Nyeri epigastrium kiri sampai tengah/nyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster)
Nyeri gaster terlokasi dikanan terjadi lebih kurang 4 jam setelah makan/bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (Ulkus duadenal)
Tidak ada nyeri farises esopagus atau gastritis.
Faktor pencetus : Makanan, rokok, alkohol, pengguna obat-obatan tertentu misal salisilat, reserpin,antibiotik,ibuprofen, stresor psikologis.
Tanda : Wajah berkerut berhati-hati pada area yang sakit, pucat berkeringat, perhatian menyempi.
Keamanan
Gejala : Alergi terhadap obat/sensitif misal ASA
Tanda : Peningkatan suhu
Spider angioma , eritema palmar, (Menunjukan sirosis/hipertensi portal)
Pemeriksaan Diagnostik
EGD
Minum barium dengan foto rotgen
Analisa gaster
Angiografi
Tes feses akan aktif
HB/HT :Penurunan HB.
Jumlah darah lengkap
BUN
Kreatinin
Amonia
Profil koagulasi
GDA
Natrium
Kalium













Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
1.Kekurangan volume cairan b/d perdarahan
Tujuan : Menunjukan perbaikan keseimbangan cairan
Kriteria : Haluaran urene adekuat dengan berat jenis normal (1,010), Tanda vitak stabil, Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat (Capilarirefil time < 3 detik).

Intervensi Rasional
Catat karakteristik muntah dan/draenase
Observasi tanda vital tiap 1 jam sekali

Catat respon psikologis pasien


Observasi masukan dan haluaran

Pertahankan tirah baring u/ mencegah muntah dan tegang saat defekasi
Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasid
Berikan cairan jernih dan hindari kafein

Berikan cairan sesuai terapi medis

Pasang NGT pada perdarahan akut




Berikan obat sesuai terapi Medis Membedakab distres gaster
Perubahan TD dan nadi dapat digunakan u/perkiraan kehilangan darah
Simtomatologi dapat berguna dalam mengukur berat/lamanya periode perdarahan
Memberikan pedoman u/ penggantian cairan
Aktifitas dan tekanan intra abdominal dapat mencetuskanperdarahan lanjut.
Mencegah refluksgaster dan aspirasi antasida
Menetralisir asam lambung dan kafein merangsang produksi asam lambung.
Penggunaan cairan sesuai derajat hipovolemi dan kehilangan cairan.
Memberikan kesempatan untuk menghilangkan sekresi iritan pada gaster, untuk mengubah lambung yang berisi darah supaya tidak terbentuk amonia.
Untuk mengatasi keadaan akibat gastritis dan hematemesis

2. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d iritan mukosa gaster
Tujuan : Pasien mengatakan nyeri hilanh
Kriteria : Menunjukan rileks dan dapat tidur dengan enak/cepat.

Intervensi Rasional
Catat keluhan nyeri termasuk lokasi , lamanya, intensitas (skala 0-10)
Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi
Bantu latihan rentang aktif/pasif
Berikan perawatan oral dan pijat punggng,perubahan posisi

Berikan dan lakukan perubahan diet

Gunakan susu biasa daripada skim

Berikan obat sesuai terapi Medis misal analgetika dan antasid Membantu mendiagnosa etiologi perdarahan.
Makanan sebagai penetralisasi asam lambung
Menurunkan kekakuan sendi.
Nafas bau menimbulkan nafsu makan kurang

Untuk mengembalikan kondisi yang lemah
Lemak pada susu dapat menurunkan sekresi gaster
Menghilangkan rasa nyeri dan menurunkan keasaman gaster.

Daftar Pustaka
Marilynn E.Doenges dkk., (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

Sylvia A.Price dkk., (1994), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, EGC, Jakarta.
















ANALISA DATA

NO. DATA PENYEBAB MASALAH
1 Subjektif :
- Mual-mual
- Haus
Objektif :
- Muntah Darah SMRS


Hematemesis

Erosif mukosa lambung

Penghancuran kapiler dan vena kecil

Perdarahan
Kekurangan vulome cairan
2. Subjektif :
- Pasien mengatakan Lapar
Objektif :
- Puasa Pemasangan NGT

Kumbah Lambung


Resiko Tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Subjektif :
- Nyeri uluhati
Objektif :
- Muka meringis kesakitan
- Tidak bisa tidur Erosif mukosa lambung

Asam

Perangsangan kolinergik Gangguan Rasa Nyaman Nyeri

Diagnosa Keperawatan :
1. Kekurangan Cairan tubuh b/d Hematemesis karena gastritis erosiv
2. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Tindakan pembatasan intake nutrisi oral (Pemasangan NGT dan Puasa)
3. Gangguan Rasa nyaman nyeri b/d Erosif mukosa lambung


Intervensi Keperawatan :
1.Kekurangan volume cairan b/d perdarahan
Tujuan : Menunjukan perbaikan keseimbangan cairan
Kriteria : Haluaran urene adekuat dengan berat jenis normal (1,010), Tanda vitak stabil, Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat (Capilarirefil time < 3 detik).

Intervensi Rasional
Catat karakteristik muntah dan/draenase
Observasi tanda vital tiap 1 jam sekali

Catat respon psikologis pasien


Observasi masukan dan haluaran

Pertahankan tirah baring u/ mencegah muntah dan tegang saat defekasi
Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasid
Berikan cairan jernih dan hindari kafein

Berikan cairan sesuai terapi medis

Pasang NGT pada perdarahan akut




Berikan obat sesuai terapi Medis Membedakab distres gaster
Perubahan TD dan nadi dapat digunakan u/perkiraan kehilangan darah
Simtomatologi dapat berguna dalam mengukur berat/lamanya periode perdarahan
Memberikan pedoman u/ penggantian cairan
Aktifitas dan tekanan intra abdominal dapat mencetuskanperdarahan lanjut.
Mencegah refluksgaster dan aspirasi antasida
Menetralisir asam lambung dan kafein merangsang produksi asam lambung.
Penggunaan cairan sesuai derajat hipovolemi dan kehilangan cairan.
Memberikan kesempatan untuk menghilangkan sekresi iritan pada gaster, untuk mengubah lambung yang berisi darah supaya tidak terbentuk amonia.
Untuk mengatasi keadaan akibat gastritis dan hematemesis

2. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Tindakan pembatasan intake nutrisi oral (Pemasangan NGT dan Puasa)
Tujuan : Nutrisi kurang dari kebutuhan tidak terjadi
Kriteria : Porsi Intake nutrisi oral dapat dihabiskan
Pasien tidak mengeluh lapar
HB.70 % dari harga normal dapat dipertahankan
Intervensi Rasional
Kaji Tanda-tanda vital
Observasi hasil kumbah lambung
Berikan bubur tepung + susu
Berikan obat Laktulase Mengetahui gambaran kondisi pasien
Keadaan membaik (cairan hasil KL jernih)
Agar Mudah dicernak oleh lambung
Mencegah obstipasi


3. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d iritan mukosa gaster
Tujuan : Pasien mengatakan nyeri hilanh
Kriteria : Menunjukan rileks dan dapat tidur dengan enak/cepat.
Intervensi Rasional
Catat keluhan nyeri termasuk lokasi , lamanya, intensitas (skala 0-10)
Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi
Bantu latihan rentang aktif/pasif
Berikan perawatan oral dan pijat punggng,perubahan posisi

Berikan dan lakukan perubahan diet

Gunakan susu biasa daripada skim

Berikan obat sesuai terapi Medis misal analgetika dan antasid Membantu mendiagnosa etiologi perdarahan.
Makanan sebagai penetralisasi asam lambung
Menurunkan kekakuan sendi.
Nafas bau menimbulkan nafsu makan kurang

Untuk mengembalikan kondisi yang lemah
Lemak pada susu dapat menurunkan sekresi gaster
Menghilangkan rasa nyeri dan menurunkan keasaman gaster.


Iplementasi Keperawatan dan Evaluasi

No.Dx. Tgl. Jam Implementasi Evaluasi
1
8-10-02.
8.00
s/d
13.00


12.00

Mengukur nadi, tekanan darah, suhu, RR
Mengobservasi tetesan cairan 21 tetes/ mnt.
Mengkaji muntah dan mencatat pengeluaran cairan lewat NGT
Memberikan laktulace 1 sendok makan
Memberikan Inj.atropid (RI) 4 unit SC S : -
O : Tekanan darah 130/70 mmHg, Nadi 100 x/mnt, R/R 22 x mnt.
Muntah tidak ada
GDS. 268
A : Hematemesis tidak terjadi
P : Observasi cairan PZ. 0,9 % 14 tetes/mnt
Pasien pindah ruangan ke klas satu
1
9-10-02
14.00
s/d
19.00


17.00
Mengukur nadi, tekanan darah, suhu, RR
Mengobservasi tetesan cairan 21 tetes/ mnt.
Mengkaji muntah dan mencatat pengeluaran cairan lewat NGT
Memberikan laktulace 1 sendok makan
Memberikan Inj.atropid (RI) 4 unit SC S : Pasien mengatakan lemah
O : Post endoscopy
Dapat muntah darah di IRD
Melena sebanyak 100 c
Cairan Infus PZ terpasang
A : Masalah belum teratasi
P : Observasi TV.Cairan masuk dan haluaran, Hb. 8 gram, GDA 175 mg/ dl., Minum sedikit-sedikit
1
10-10-2002
14.00
s/d
19.00


17.00
Mengukur nadi, tekanan darah, suhu, RR
Mengobservasi tetesan cairan 21 tetes/ mnt.
Mengkaji muntah dan mencatat pengeluaran cairan lewat NGT
Memberikan laktulace 1 sendok makan

Memberikan Inj.atropid (RI) 6 unit SC S : Nyeri Uluhati
O : Nadi100 x /mnt, TD120/70 mmHg, R/R 37c
Terpasangcairan infus PZ dan Triofusin
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan observasi TV, Cairan Infus, Pemberian RI Sc,











No.Dx. Tgl. Jam Implementasi Evaluasi
2
8-10-02.
8.00
s/d
13.00

Kaji TV, tetesan cairan infus
Menjelaskan pada pasien supaya bubur dihabiskan karena membantu mempercepat pemulihan kondisi tubuh S : Pasien mengatakan tidak mual muntah lagi
O : TD 110/70 mmHg, Nadi 90 x/mnt, R/R 20 x/mnt
Infus PZ lancar
Porsi makan dimakan 5 sendok (tidak habis)
A : Masalah Belum teratasi
P : Jelaskan pentingnya nutrisi hihabiskan, isi bubur dijelaskan, pantangan makan yang keras dan merangsang.
2
9-10-02
14.00
s/d
19.00
18.00

Kaji TV, tetesan cairan infus
Menjelaskan pada pasien sementara puasa dulu post endoskopy
Memberikan pasien kumur-kumur. S : Pasien mengatakan tidak mual muntah lagi
O : TD 110/70 mmHg, Nadi 88 x/mnt, R/R 18 x/mnt
Infus PZ lancar
Porsi makan dimakan 5 sendok (tidak habis)
A : Masalah Belum teratasi
P : Jelaskan pentingnya puasa post endoskopy
Observasi muntah
2
10-10-2002
14.00
s/d
19.00



Kaji TV, tetesan cairan infus
Memberikan infus triofusin 7 tetes/mnt S : Pasien mengatakan tidak mual muntah lagi
O : TD 110/70 mmHg, Nadi 100 x/mnt, R/R 20 x/mnt S 37,3c
Infus PZ lancar
A : Masalah Belum teratasi
P : Jelaskan pentingnya puasa post endoskopy
Observasi muntah
No.Dx. Tgl. Jam Implementasi Evaluasi
3
8-10-02.
8.00
dan
12.00

Kaji rasa nyeri perut dan uluhatinya
Memberikan inj renitidin 150 mg IV
Memberi minum inpepsa suspensi 1 sdk makan S : Pasien mengatakan sakit perut
O : Nyeri tekan pada uluhati hilang timbul
A : Nyeri berkurang
P : Observasi mual,muntah dan nyeri perut.
3
9-10-02
14.00
s/d
19.00

Kaji rasa nyeri perut dan uluhatinya
Memberikan inj renitidin 150 mg IV
Memberi minum inpepsa suspensi 1 sdk makan
Memberi minum laktulose 1 sendok makan S : Pasien menatakan sakit perut kerkurang
O : Nyeri tekan pada uluhati hilang timbul
A : Nyeri berkurang
P : Observasi mual,muntah dan nyeri perut.
3
10-10-02
14.00
s/d
19.00

Kaji rasa nyeri perut dan uluhatinya
Memberi minum inpepsa suspensi 1 sdk makan
Memberi minum laktulose 1 sendok makan S : Pasien menatakan sakit perut kerkurang
O : Nyeri tekan pada uluhati hilang timbul
A : Nyeri berkurang
P : Observasi mual,muntah dan nyeri perut.

KOMUNITAS

STANDAR
dan
STANDAR OPERATING PROSEDUR (SOP)

WAKTU : 5 sesi @ 90 menit


TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini peserta diharapkan dapat memahami dan mampu membuat Standar,dan SOP.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah menyelesaikan kegiatan sesi ini, peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian standar.
2. Menjelaskan tujuan standar
3. Menyebutkan manfaat standar.
4. Mengidentifikasi komponen –komponen standar
5. Menjelaskan pengertian SOP
6. Menjelaskan tujuan SOP
7. Menjelaskan manfaat SOP
8. Menjelaskan prinsip-prinsip penyusunan SOP.
9. Membuat SOP

MATERI

Standar dan SOP serta penerapannya
1. Pengertian standar
2. Tujuan standar
3. Manfaat standar dan komponen komponennya
4. Pengertian SOP
5. Tujuan SOP
6. Manfaat SOP
7. Prinsip-prinsip dalam penyususunan SOP
8. Pembuatan SOP

METODA

1. Kuliah singkat
2. Penugasan
3. Kerja Kelompok
4. Presentasi – Diskusi Pleno



























RENCANA PENGAJARAN (belum)

Proses pembelajaran ini meliputi 5 sesi @ 90 menit secara intensif, kombinasi antara kuliah singkat, kerja kelompok dan diskusi pleno. Rencana pengajaran kelima sesi sebagai berikut:
Sesi I: Sesi II: Sesi III:
Bagian A:

Topik :
Introduksi standar


Metoda :
Kuliah singkat

Waktu: 30 min
Bagian A:

Topik:
Menulis standar keperawatan dan kebidanan


Metoda:
Kuliah singkat

Waktu: 30 min
Bagian A:

Topik:
Standar Oprating Prosedur



Metoda:
Kuliah singkat

Waktu: 30 min
Bagian B:

Topik: dimensi
Dan prioritas fungsi yang masuk katagori


Metoda:
Kerja kelompok dan pleno

Waktu: 60 min
Bagian B:

Topik:
Menulis standar keperawatan dan kebidanan


Metoda:
Kerja kelompok


Waktu: 60 min
Bagian B:

Topik:
Membuat standar operating prosedur



Metoda:
Kerja kelompok dan pleno

Waktu: 60 min












MATERI
STANDAR dan STANDAR OPERATING PROSEDUR(SOP)

Pendahuluan

Peningkatan kinerja pelayanan kesehatan telah menjadi tema utama di seluruh dunia. Dengan tema ini, organisasi pelayanan kesehatan dan kelompok profesional kesehatan sebagai pemberi pelayanan harus menampilkan akontabilitas sosial mereka dalam memberikan pelayanan yang mutakhir kepada konsumen yang berdasarkan standar profesionalisme, sehingga diharapkan dapat memenuhi harapan masyarakat. Sebagai konsekuensinya peningkatan kinerja memerlukan persyaratan yang diterapkan dalam melaksanakan pekerjaan yang berdasarkan standar tertulis.
Dalam pelayanan keperawatan dan kebidanan, standar sangat membantu perawat dan bidan untuk mencapai asuhan yang berkualitas, sehingga perawat dan bidan harus berpikir realistis tentang pentingnya evaluasi sistematis terhadap semua aspek asuhan yang berkualitas tinggi. Namun keberhasilan dalam mengimplementasikan standar sangat tergantung pada individu perawat atau bidan itu sendiri, usaha bersama dari semua staf dalam suatu organisasi, disamping partisipasi dari seluruh anggota profesi.

Beberapa Pengertian tentang Standar

Banyak diskusi dalam mempelajari dan membahas definisi standar. Kamus Oxford memberikan beberapa pengertian konsep kunci mengenai definisi standar. Pertama, standar adalah derajat terbaik. Kedua, standar memberikan suatu dasar perbandingan. Ketiga, beberapa pengertian lain seperti tertulis dibawah ini;
1. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsesus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya (PP 102 tahun 2000).
2. Standar adalah suatu catatan minimum dimana terdapat kelayakan isi dan akhirnya masyarakat mengakui bahwa standar sebagai model untuk ditiru
3. Standar adalah suatu pernyataan tertulis tentang harapan yang spesifik.
4. Standar adalah pernyataan tertulis dari suatu harapan-harapan yang spesifik .
5. Standar adalah suatu patokan pencapaian berbasis pada tingkat (dr. Yodi Mahendrata).
6. Standar adalah suatu pedoman atau model yang disusun dan disepakati bersama serta dapat diterima pada suatu tingkat praktek untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Reyers, 1983).
7. Standar adalah nilai-nilai (values) yang tertulis meliputi peraturan-peraturan dalam mengaplikasi proses-proses kunci, proses itu sendiri, dan hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
8. Standar adalah menaikkan ketepatan kualitatif atau kuantitatif yang spesifik dari komponen struktural dalam sistem pelayanan kesehatan yang didasarkan pada proses atau hasil suatu harapan (Donebean).

Standar yang berbasis pada sistem manjemen kinerja menegaskan spesifikasi suatu kinerja antara lain;
a. Spesifik (specific)
b. Terukur (measurable)
c. Tepat (appropriate)
d. Andal (reliable)
e. Tepat waktu (timely)

Standar yang dikembangkan dengan baik akan memberikan ciri ukuran kualitatif yang tepat seperti yang tercantum dalam standar pelaksanaannya. Standar selalu berhubungan dengan mutu karena standar menentukan mutu. Standar dibuat untuk mengarahkan cara pelayanan yang akan diberikan serta hasil yang ingin dicapai.

Ada 4 Ketentuan Standar
1. Harus tertulis dan dapat diterima pada suatu tingkat praktek, mudah dimengerti oleh para pelaksananya.
2. Mengandung komponen struktur (peraturan-peraturan), proses (tindakan/actions) dan hasil (outcomes). Standar struktur menjelaskan peraturan, kebijakan fasilitas dan lainnya. Proses standar menjelaskan dengan cara bagaimana suatu pelayanan dilakukan dan outcome standar menjelaskan hasil dari dua komponen lainnya.
3. Standar dibuat berorientasi pada pelanggan, staf dan sistem dalam organosasi. Pernyataan standar mengandung apa yang diberikan kepada pelanggan/pasen, bagaimana staf berfungsi atau bertindak dan bagaimana sistem berjalan. Ketiga komponen tersebut harus berhubungan dan terintegrasi. Standar tidak akan berfungsi bila kemampuan atau jumlah staf tidak memadai.
4. Standar harus disetujui atau disahkan oleh yang berwenang. Sekali standar telah dibuat, berarti sebagian pekerjaan telah dapat diselesaikan dan sebagian lagi adalah mengembangkannya melalui pemahaman (desiminasi). Komitmen yang tinggi terhadap kinerja prima melalui penerapan-penerapannya secara konsisten untuk tercapainya tingkat mutu yang tinggi.

Komponen – Komponen Standar

Beberapa komponen yang harus ada pada standar :
1. Standar Struktur
Standar struktur adalah karakteristik organisasi dalam tatanan asuhan yang diberikan. Standar ini sama dengan standar masukan atau standar input yang meliputi;


Filosofi dan objektif
Organisasi dan administrasi
Kebijakan dan peraturan
Staffing dan pembinaan
Deskripsi pekerjaan (fungsi tugas dan tanggung jawab setiap posisi klinis)
Fasilitas dan peralatan

2. Standar Proses
Standar proses adalah kegiatan dan interaksi antara pemberi dan penerima asuhan. Standar ini berfokus pada kinerja dari petugas profesional di tatanan klinis, mencakup :
Fungsi tugas, tanggung jawab, dan akontabilitas
Manajemen kinerja klinis
Monitoring dan evaluasi kinerja klinis

3. Standar Outcomes
Standar outcomes adalah hasil asuhan dalam kaitannya dengan status pasen. Standar ini berfokus pada asuhan pasen yang prima, meliputi :
Kepuasan pasen
Keamanan pasen
Kenyamanan pasen

Dalam pelayanan kesehatan, hasil mungkin tidak selalu seperti apa yang diharapkan atau diinginkan, namun standar struktur dan proses yang baik akan menunjukkan sejauh mana kemungkinan pencapaian outcomse atau hasil yang diharapkan. Outcomes adalah hasil yang dicapai melalui penentuan dan melengkapi proses. Outcomes ditulis untuk setiap prosedur, pedoman praktek dan rencana.



Tingkatan Standar

Pada dasarnya ada dua tingkatan standar yaitu minimum dan optimum. Standar minimum adalah sesuatu standar yang harus dipenuhi dan menyajikan suatu tingkat dasar yang harus diterima, disamping ada standar lain yang secara terarah dan berkesinambungan dapat dicapai. Ini merupakan keinginan atau disebut juga standar optimum. Standar minimum harus dicapai seluruhnya tanpa ada pertanyaan. Standar optimum mewakili keadaan yang diinginkan atau disebut juga tingkat terbaik, dimana ditentukan hal-hal yang harus dikerjakan dan mungkin hanya dapat dicapai oleh mereka yang berdedikasi tinggi.

Penggunaan Standar

Dalam pelayanan kesehatan, standar digunakan dalam satu dari tiga proses evaluasi; menilai diri sendiri, inspeksi, dan akreditasi. Istilah penilaian diri sendiri menunjukkan penilaian satu kinerja diri sendiri. Proses ini, mungkin dirancang oleh individu tersebut atau komite dari luar, mengenai evaluasi pemenuhan standar. Apakah standar tersebut terpenuhi atau tidak. Hal ini dapat menjadi suatu pengalaman belajar yang sangat berharga, terutama apabila ada komitmen untuk menganalisa secara jujur mengenai kekuatan dan kelemahan kinerja. Standar adalah kesepakatan kinerja untuk mencapai luaran/hasil kerja tertentu.

Manfaat Standar :
1. Standar menetapkan norma dan memberi kesempatan anggota masyarakat dan perorangan mengetahui bagaimanakah tingkat pelayanan yang diharapkan/ diinginkan. Karena standar tertulis sehingga dapat dipublikasikan/diketahui secara luas.
2. Standar menunjukkan ketersediaan yang berkualitas dan berlaku sebagai tolok ukur untuk memonitor kualitas kinerja.
3. Standar berfokus pada inti dan tugas penting yang harus ditunjukkan pada situasi aktual dan sesuai dengan kondisi lokal.
4. Standar meningkatkan efisiensi dan mengarahkan pada pemanfaatan sumber daya dengan lebih baik.
5. Standar meningkatkan pemanfaatan staf dan motivasi staf.
6. Standar dapat digunakan untuk menilai aspek praktis baik pada keadaan dasar maupun post-basic pelatihan dan pendidikan.

Cara Penulisan Standar

Berikut ini adalah langkah praktis merancang standar ;
1. Apabila menulis satu standar mulailah dengan pernyataan standar.
2. Identifikasi kriteria outcomes dalam bentuk pertanyaan, siap untuk dimonitor.
3. Identifikasi proses yang dibutuhkan untuk mencapai outcomes (apa yang harus dikerjakan).
4. Identifikasi struktur (apa yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses untuk mencapai outcomes)
5. Ringkaskan, identifikasi kriteria kunci sebagai kelompok profesional yang senantiasa bekerja sama, oleh karena itu kriteria proses tidak perlu dikembangkan dalam buku prosedur (Standart Operating Procedure/Prosedur Operasi Baku).
6. Gunakanlah kata-kata yang dapat diukur, contoh; anda tidak dapat mengukur ‘kemungkinan’, ‘mengerti’, ‘tepat’. Anda perlu mengidentifikasi kata yang berarti dalam istilah pengukuran.
7. Memastikan bahwa outcomes mengukur pernyataan standar.
8. Keterlibatan tim multi disiplin dalam menyusun standar, sangat dperlukan.
9. Monitoring standar harus merupakan bagian dari evaluasi asuhan pasen.
10. Standar harus merefleksi kepada asuhan spesifik yang diperlukan pasen
11. Standar harus menjadi bagian sistem yang mudah dicapai, kemudian diperbaiki dalam beberapa bulan untuk mengecek konsistensi pencapaian.
12. Standar baru harus dipelihara untuk meningkatkan kinerja standar sebaiknya diletakkan dalam rak buku di ruangan.
13. Walaupun dalam pelayanan kesehatan, hasil mungkin tidak selalu seperti apa yang diinginkan atau diharapkan, definisi standar struktur dan proses yang baik, terlihat sejauh mana ditingkatkan kemungkinan pencapaian outcomes atau hasil yang diharapkan. Outcomes adalah hasil yang dicapai melalui penentuan dan melengkapi proses. Outcomes ditulis untuk setiap prosedur, pedoman praktek dan rencana.

Prioritas Dimensi dan Fungsi Keperawatan dan Kebidanan untuk Standarisasi

Langkah I
1. Buatlah daftar dimensi/area utama keperawatan/kebidanan di unit kerja anda.
2. Untuk setiap dimensi/area, tetapkan fungsi mana yang sangat penting (esensial).

Langkah II
Kelompokkan fungsi tersebut diatas kedalam format dibawah ini berdasarkan kriteria yang terdapat disetiap kolom, yaitu: resiko tinggi, volume tinggi, rawan masalah dan biaya tinggi. Mungkin satu fungsi masuk kedalam satu/lebih kriteria yang ada dalam kolom ini.

Dimensi/Area Resiko Tinggi Volume Tinggi Rawan Masalah Biaya Tinggi
I
II
III

Langkah III
Berdasarkan matrik diatas, tulislah kelompok fungsi yang masuk kolom fungsi kritis, sangat-sangat penting, sangat penting, dan penting seperti yang terlihat dalam matrik dibawah ini. Matrik ini menunjukkan bahwa tingkat prioritas utama dalam sistem manajemen kinerja. Fungsi yang masuk kedalam empat kategori dipertimbangkan sebagai fungsi kritis. Fungsi yang masuk kedalam tiga dari empat kategori dipertimbangkan sebagai fungsi yang sangat-sangat penting.

Fungsi yang masuk kedalam dua dari empat kategori adalah sangat penting. Terakhir, fungsi yang masuk kedalam kategori hanya satu adalah fungsi yang penting.

Fungsi Kritis Fungsi sangat-sangat penting Fungsi sangat
penting Fungsi penting







Kesimpulan: Fungsi kritis, fungsi sangat-sangat penting, fungsi sangat penting memerlukan pengukuran, sedangkan fungsi penting mungkin atau tidak memerlukan pengukuran.

Penulisan Standar Keperawatan dan Kebidanan

Berikut ini adalah langkah praktis merancang standar:
1. Apabila menulis satu standar mulailah dengan pernyataan standar.
2. Identifikasi kriteria outcomes dalam bentuk pertanyaan, siap untuk dimonitor.
3. Identifikasi proses yang dibutuhkan untuk mencapai outcomes (apa yang harus dikerjakan).
4. Identifikasi struktur (apa yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses untuk mencapai outcomes).
5. Ringkaskan, identifikasi kriteria kunci, sebagai kelompok profesional yang senantiasa bekerja sama, oleh karena itu kriteria proses tidak perlu dikembangkan dalam buku prosedur (SOP).
6. Gunakanlan kata-kata yang dapat diukur, contoh; anda tidak dapat mengukur ‘kemungkinan’, ‘mengerti’, ‘tepat’. Anda perlu mengidentifikasi kata yang berarti dalam istilah pengukuran.
7. Mengecek bahwa outcomes mengukur pernyataan standar.
8. Keterlibatan tim multidisiplin dalam menyusun standar.
9. Monitoring standar harus bagian dari evaluasi asuhan pasen.
10. Standar harus merefleksi kepada asuhan spesifik yang diperlukan pasen.
11. Standar harus menjadi bagian sistem yang mudah dicapai, kemudian diperbaiki dalam beberapa bulan untuk mengecek konsistensi pencapaian  Standar baru harus dipelihara untuk meningkatkan kinerja  standar sebaiknya diletakkan dalam rak buku di ruangan.

Menulis Standar Keperawatan dan Kebidanan

1. Berdasarkan prioritas yang terdapat dalam matrik sebelumnya, kelompok kerja memilih satu fungsi yang diprioritaskan untuk diolah ke dalam standarisasi.
2. Mengembangkan satu standar berdasarkan fungsi kritis yang dipilih.
3. Menulis pernyataan standar dengan menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti dan dapat diukur kedalam format dibawah ini.
4. Menuliskan pernyataan dalam kolom struktur, proses dan outcomes pada format tersedia.
Dimensi:_________________________ Fungsi:___________________________

Pernyataan Standar:
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Struktur Proses Outcome















STANDAR OPERATING PROCEDURE (SOP)

Pengertian :
1. Suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Protap merupakan tatacara atau tahapan yang harus dilalui dalam suatu proses kerja tertentu, yang dapat diterima oleh seorang yang berwenang atau yang bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat penampilan atau kondisi tertentu sehingga suatu kegiatan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien. (Depkes RI, 1995)
3. SOP merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dialui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu. (KARS, 2000)

Tujuan :
1. Agar petugas menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas atau tim dalam organisasi atau unit.
2. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi
3. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas terkait.
4. Melindungi organisasi dan staf dari malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.
5. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi

Fungsi :
1. Memperlancar tugas petugas atau tim.
2. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.
3. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.
4. Mengarahkan petugas untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.
5. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.




Prinsip-prinsip protap :
1. Harus ada pada setiap kegiatan pelayanan.
2. Bisa berubah sesuai dengan perubahan standar profesi atau perkembangan iptek serta peraturan yang berlaku.
3. Memuat segala indikasi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi pada setiap upaya, disamping tahapan-tahapan yang harus dilalui setiap kegiatan pelayanan.
4. Harus didokumentasikan.

Jenis dan ruang lingkup SOP:

1. SOP pelayanan profesi  terdapat dua kelompok.
a. SOP untuk aspek keilmuan  adalah SOP mengenai proses kerja untuk diagnostik dan terapi.
b. SOP untuk aspek manajerial  adalah SOP mengenai proses kerja yang menunjang SOP keilmuan dan pelayanan pasen non-keilmuan.
SOP profesi mencakup:
- Pelayanan medis
- Pelayanan penunjang
- Pelayanan keperawatan

2. SOP administrasi mencakup:
a. Perencanaan program/kegiatan
b. Keuangan
c. Perlengkapan
d. Kepegawaian
e. Pelaporan




Tahap-tahap Penyusunan Protap :
1. Merumuskan tujuan protap
- Menentukan judul
2. Menentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan protap :
- Menterjemahkan policy/kebijakan/ketentuan-ketentuan/peraturan-peraturan kebijakan berguna untuk :
a. Terjaminnya suatu kegiatan
b. Membuat standar kinerja
c. Menyelesaikan suatu konflik dalam tim kerja
3. Membuat aliran proses
- Bentuk bagan-bagan yang menggambarkan proses atau urutan jalannya suatu produk/tatacara yang mencatat segala peristiwa;
a. Memberi gambaran lengkap tentang apa yang dilaksanakan
b. Membantu setiap pelaksanaan untuk memahami peran dan fungsinya dengan pihak lain.
- Syarat suatu bagan harus dibuat atas dasar pengamatan langsung, tidak boleh dibuat atas dasar apa yang diingat serta disusun dalam “Flow of Work”
Teknik membuat pertanyaan-pertanyaan dasar :
a. Tujuan : Apa sebenarnya yang dikerjakan dan mengapa ?
b. Tempat : Dimana saja dilakukan dan mengapa ?
c. Urutan : Kapan dilakukan dan mengapa waktu itu ?
d. Petugas : Siapa yang melakukan dan mengapa oleh dia ?
e. Cara : Metoda apa yang dipakai dan mengapa dengan caa itu ?
4. Menyusun prosedur atau pelaksanaan kegiatan; Prosedur atau pelaksanaan disusun berdasarkan atas hasil pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas (flow of work) yang menggambarkan suatu unit kegiatan yang terbagi habis  tercapai kepuasan kerja dan tercapainya tujuan.




Penerapan standar kebidanan di suatu wilayah/daerah perlu diikuti dengan :
1. Dukungan dan kebijakan Nasional
2. Aksi lokal
3. Keterlibatan seluruh stakeholders utama
4. Pengujian di wilayah-wilayah terpilih untuk mengidentifikasikan atau mengembangkan models yang praktis dan terbail dan dijadikan “lesson learned”
5. Dikembangkan ke wilayah lain.


KESIMPULAN

Standar sangat diperlukan dalam pelayanan keperawatan dan kebidanan. Standar sangat membantu perawat dan bidan untuk mencapai asuhan yang berkualitas. Tingkatan standar terbagi menjadi dua yaitu standar minimum dan standar optimum. Standar minimum harus dicapai oleh perawat dan bidan, sementara standar optimum adalah suatu keadaan ideal yang ingin dicapai. Ada empat ketentuan standar yaitu harus tertulis, mengandung komponen struktur, proses, dan outcomes , berorientasi pada pelanggan serta disetujui dan disyahkan oleh yang berwenang. Penggunaan standar terutama pada tiga proses evaluasi ; menilai diri sendiri, inspeksi, dan akreditasi.

EVALUASI

1. Jelaskan pengertian standar yang anda ketahui !
2. Apakah komponen-komponen standar ? Jelaskan dengan singkat!
3. Jelaskan manfaat standar !
4. Jelaskan perbedaan standar Minimum dan Optimum !
5. Apakah manfaat penggunaan standar ?


KEPUSTAKAAN

Ann Marriner-Tomey (1996). Guide To Nursing Management and Leadership. Method of Evaluation. Mosby-Year Book, Inc St. Louis, USA
Heidemann EG. The Contemporary Use of Standards in Health Care. Geneva. WHO; 1993.
Katz JM, Green E. Managing Quality: A Guide to System-Wide Performance Management in Health Care. 2nd Ed. St. Louis. Mosby; 1997.
eissenheimer CG. Improving Quality: Guide to Effective Program. 2nd Ed. Maryland. Aspen Pub; 1997.
Sale D. Quality Assurance for Nurses and Other Members of The Health Care team. 2nd Ed. London. MacMillian; 1996.
Swansburg, A.C (1996). Management and Leadership for Nurse Managers. Jones and Bartlett Publishers International, London England.
Jacqucline M. Katz & Eleanor Green; “Managing Quality, A Guide to System-wide
Performance Management In Health Care”
Direktorat UMDK, Dit.Jend. Yan.Med.DEPKES RI “Petunjuk Teknis Penyusunan
Prosedur Tetap Kegiatan Rumah Sakit Swadana”, Jakarta 1995

BIOKIMIA

METABOLISME


Metabolisme : semua proses reaksi kimia yang terjadi di dalam mahluk hidup (mikroorganisme, tumbuhan , hewan dan manusia).

Metabolisme terdiri dari :

- Katabolisme : proses penguraian molekul besar menjadi molekul kecil.
Reaksi katabolisme merupakan reaksi oksidasi dan menghasilkan energi.

Misal :
Polisakarda  glukosa + energi,
Lemak  asam lemak + gliserol + energi,
Protein  asam amino + energi,
Asam nukleat  nukleotida. + energi.

- Anabolisme : proses sintesis/pembentukan molekul besar dari molekul-molekul kecil (kebalikan reaksi katabolisme).
Reaksi anabolisme merupakan reaksi reduksi dan membutuhkan energi.

Misal :
Polisakarda + energi  glukosa,
Lemak + energi  asam lemak + gliserol,
Protein + energi  asam amino,
Asam nukleat + energi  nukleotida.

SISTEM PENCERNAAN

Sistem pencernaan : proses penguraian bahan makanan yang dimulai dari reaksi enzimatis dimulut (enzim amilase dalam air ludah/saliva) dan berakhir di saluran pengeluaran/ekskresi (anus).


















SKEMA SISTEM PENCERNAAN





















































METABOLISME ENERGI DAN ZAT MAKANAN

Metabolisme energi kaitannya dengan zat makanan diartikan sebagai metabolisme total yang ditunjukkan oleh energi (dalam bentuk panas atau kerja) yang dikeluarkan dari keseluruhan proses kimia yang terjadi di dalam tubuh hewan atau manusia, yang berasal dari oksidasi zat makanan.

Metabolisme Energi berkaitan dg zat makanan meliputi :

- Nilai Kalori Bahan Makanan
- Angka Pernafasan ( Respiratory Quotient, RQ )
- Metabolisme Dasar
- Keperluan Kalori Tubuh
- Daya Zat Makanan Menghasilkan Energi.



Nilai Kalori Bahan Makanan.

Nilai kalori bahan makanan diukur dengan alat Kalorimeter Bom, dan dinyatakan dalam satuan kalori atau kilokalori, kkal,(1 kalori = 1000 kkal).
(1 kalori = jumlah energi (panas) yang diperlukan oleh 1 kg air untuk menaikkan suhu sebanyak 1 OC).

NAMA ZAT KALORI/GRAM
Karbohidrat
Lipid
Protein
Hidrogen
Arang kayu
Glukosa
Sukrosa
Kasein
Kreatinin 4,1
9,3
4,1
34,4
8,0
3,75
3,96
5,84
4,5

Manakah diantara karbohidrat, lipid dan protein yang berperan utama sebagai sumber energi? jelaskan kenapa?

Angka Bagi Pernafasan.

Angka Bagi Pernafasan : bilangan yang menunjukkan perbandingan jumlah volume CO2 yang dihasilkan oleh suatu reaksi oksidasi/pembakaran/respirasi dengan jumlah oksigen yang digunakkan.

RQ = RQ ~ jumlah energi panas yang dihasilkan oleh reaksi tersebut.

Reaksi pembakaran glukosa yang terjadi di dalam tubuh atau kalorimeter bom, dapat dituliskan :
C6H12O6 + 6 O2  6 CO2 + 6 H2O + 673 kkal

Maka nilai RQ = = 1

Pada keadaan standar (25 OC, 1 atm), 1 mol gas = 22,4 liter, maka :

Volume O2 = 6 X 22,4 L = 134,4 L
Volume CO2 = 6 X 22,4 L = 134,4 L

Maka jumlah kalori yang dihasilkan perliter O2 adalah :

= 5,01 kkal





Perhitungan harga RQ untuk protein tidak semudah karbohidrat maupun lemak, karena reaksi oksidasi protein dalam tubuh jauh lebih kompleks.

Penentuan harga RQ dari makanan yang mengandung protein (misal : daging) dapat dilakukan dengan membandingkan jumlah unsur C, H, dan O dalam bahan makanan yang masuk kedalam tubuh dengan jumlah unsur C, H, dan O dalam sisa bahan makanan yang dibuang/ekskresi dari tubuh. Harga RQ protein = 0,801

Komponen Bahan Makanan RQ Kalori / gram
Karbohidrat
Lemak
Protein 1,00
0,7-0,71
0,801 4,1
9,4
4,1

Metabolisme Dasar

Laju Metabolisme Dasar (Basal Metabolic Rate = BMR)  menunjukkan laju metabolisme sel secara keseluruhan di dalam tubuh pada kondisi dasar.

Kondisi dasar : kondisi seseorang atau seekor hewan yang berada dalam keadaan telah selesai mengalami proses penyerapan, tubuh relaks, temperatur tubuh tetap, dan bebas dari rasa tertekan.

BMR ditentukan oleh banyaknya panas yang keluar sebagai hasil samping reaksi metabolisme dalam tubuh.
Faktor –faktor yang mempengaruhi BMR : ukuran tubuh, umur, jenis kelamin, keadaan cuaca, jenis makanan yang masuk ke tubuh, latihan fisik, obat-obatan, dan keadaan sakit.
Jumlah panas yang dihasilkan oleh seseorang atau seekor hewan berbanding lurus dengan luas permukaan tubuh.

Nilai BMR rata-rata untuk seorang laki-laki dewasa adalah 40 kkal per meter persegi luas tubuh.
Nilai BMR rata-rata untuk seorang wanita dewasa adalah 36 kkal per meter persegi luas tubuh.

Keperluan kalori.

Jumlah energi yang diperlukan oleh tubuh harus memenuhi :

1. Metabolisme Dasar, termasuk kerja berbagai organ seperti jantung, paru-paru, dan ginjal;
2. Energi untuk mempertahankan suhu tubuh;
3. Kegiatan otot (kontraksi otot);
4. Daya menghasilkan kalori atau energi;
5. Proses pertumbuhan, termasuk proses perkembangbiakan.

Proses metabolisme dasar bagi seseorang minim memerlukan 1300–2000 kkal selama 24 jam.

Kegiatan Kalori/kg berat badan/hari Kalori/hari/orang
Kegiatan ringan: mengetik,menjahit
Kegiatan sedang: melukis, mengukir
Kegiatan berat: buruh pabrik, tk. Batu 30 – 35
40 – 45
50 – 70 2000 – 2400
2700 – 3100
3400 – 4800

Daya zat makanan menghasilkan kalori.

Daya suatu zat makanan untuk menghasilkan kalori adalah jumlah kenaikan panas yang dihasilkan oleh tubuh yang berada dalam keadaan dasar, sebagai akibat proses pencernaan zat makanan yang masuk ke dalam tubuh.

Faktor yang mempengaruhi :
- jumlah bahan makanan
- jenis bahan makanan

Karbohidrat dan lemak menghasilkan kenaikan panas hanya beberapa persen lebih tinggi dari harga kondisi dasarnya.
Protein menghasilkan kenaikan panas relatif lebih besar, sekitar 30% lebih tinggi dari harga kondisi dasarnya, hal ini dikarenakan reaksi deaminasi asam amino menghasilkan kenaikan panas yang besar. Reaksi deaminasi asam amino merupakan reaksi oksidasi asam amino menjadi urea. Reaksi lain asam amino dalam sel tubuh adalah transaminasi, menghasilkan kenaikan panas kecil.





METABOLISME KARBOHIDRAT

Setelah proses penyerapan melalui dinding usus halus, maka sebagian besar monosakarida (terutama glukosa) dibawa oleh aliran darah ke seluruh tubuh.
Glikogen adalah cadangan karbohidrat yang disimpan dalam tubuh (hati dan otot).

Metabolisme karbohidrat meliputi:
- Metabolisme Glukosa
- Metabolisme Glikogen

Metabolisme Glukosa :
1. Glikolisis : tahap-tahap reaksi penguraian glukosa menjadi piruvat
2. Glukoneogenesis : tahap-tahap reaksi pembentukan glukosa dari piruvat.

Tahap-tahap reaksi Glikolisis :
1. Tahap reaksi endergonik (pemakaian energi) :



2. Tahap reaksi eksergonik (pembentukan energi) :









Metabolisme Glikogen:
1. Glikogenesis : tahap-tahap reaksi pembentukan glikogen dari glukosa.
2. Glikogenolisis : tahap-tahap reaksi penguraian glikogen menjadi glukosa.

1. Tahap Glikogenesis:





2. Tahap Glikogenolisis:
Reaksi penguraian glikogen menjadi gluokosa (glikogenolisis) melibatkan dua enzim, yaitu enzim glikogen fosforilase dan glukantransferase (enzim pemutus dan pemindah ikatan cabang (16) glikogen).



ASPEK BIKOMIA MEDIS

Kadar normal glukosa dalam darah = 70-90 mg/100 mL.
Hipoglisemia = kadar glukosa di bawah kadar normal.
Hiperglisemia = kadar glukosa di atas kadar normal.

Hipoglisemia ekstrem, menyebabkan gemetarnya otot, lemah, pucat bahkan bisa pingsan (kekurangan glukosa dlm otak) kemudian menyebabkan kematian.

Hiperglisemia merangsang sintesis glikogen, asam lemak & kolesterol.

Kadar ambang ginjal = 140-170 mg/100 mL  glukosa diekskresi dalam urine melalui ginjal (glukosuria = ketidakmampuan ginjal untuk menyerap glukosa ).

Insulin (kelenjar pankreas)= mengurangi kadar glukosa dalam darah. Adrenalin/epinefrin (pankreas & glukagon) meningkatkan glukosa dlm darah.
Kerusakan pada sistem pengaturan kadar glukosa dalam darah (Insulin, reseptor) dapat menyebabkan penyakit Diabeter Mellitus.
REAKSI GLIKOLISIS DARI SUMBER LAIN



REAKSI GLIKOLISIS DALAM KEADAAN ANAEROB

KONSEP KELUARGA DALAM PERIODE CHILD BEARING

KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesainya makalah ini dengan judul ‘’Konsep Dasr Keluarga Dalam Periode Child Bearing’’ sebagai penugasan mata kuliah Keperawatan Maternitas.
Penulis mengucapkan terima kasihpada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Kiranya dapat berguna bagi pendidikan kesehatan khususnya bagi perawat dan pembaca
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauhdari sempurna.kami mengharapkan kritikserta saran yang membangun dari seluruh pembaca sehingga makalah ini menjadi lebih sempurna.


Ungaran,7 April 2010
Ttd


(penulis)















DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGATAR
DAFTER ISI
LATAR BELAKANG
ISI MAKALAH:
A. Definsi
B. Ciri-ciri keluarga
C. Peranan keluarga
D. Fungsi keluarga
E. Hal-hal yang harus diterapkan pada anak oleh keluarga
F. Peran perawat terhadap keluarga child-bearing
G. Tujuan perawatan kesehatan keluarga
H. Peran perawat keluarga
I. Prinsip-prinsip kesehatan keluarga
J. Perkembangan keluarga child bearing
K. Peran orang tua terhadap Child- bearing
L. Komunikasi yang baik pada Child-Bearing
M. Tugas perkembangan child bearing
N. Masalah yang sering muncul pada keluarga child bearing
O. Perubahan Ibu dalam periode Child Bearing :
DAFTAR PUSTAKA










Latar Belakang


Periode childbearing adalah waktu transisi fisik dan psikologis bagi ibu dan seluruh keluarga. Orang tua dan saudara sekandung harus beradaptasi terhadap perubahan struktur karena adanya anggota baru dalam keluarga, yaitu bayi. Dengan kehadiran bayi maka sistem dalam keluarga akan berubah dan pola interaksi dalam keluarga harus dikembangkan (May, 1994).
Pada periode transisi, ibu membutuhkan adaptasi yang cepat, sehingga kondisi ini menempatkan ibu menjadi sangat rentan dan mereka memerlukan bantuan untuk beradaptasi dengan peran yang baru. Stres dari berbagai sumber dapat berefek negatif pada fungsi dan interaksi ibu dengan bayi dan keluarga, yang berdampak pada kesehatan fisik ibu dan bayi.
Memahami bagaimana ibu yang beradaptasi dengan perubahan fisiologik, konsep diri, fungsi peran, dan fungsi interdependen untuk menjadi orang tua sangat penting bagi perawat, dimana perawat dalam hal ini dituntut mampu membantu dan memfasilitasi proses adaptasi yang terjadi agar ibu dapat beradaptasi dengan secara positif dengan peran barunya. Untuk itu diperlukan kemampuan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan ibu dalam masa perinatal.
Prinsip-prinsip Perawatan Keluarga :
1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan
2. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai tujuan utama
3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan keluarga
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat melibatkan peran serta keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya
5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif
6. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga
7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan
8. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan
9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan dasar/perawatan di rumah
10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.



























KONSEP KELUARGA DALAM PERIODE
CHILD-BEARING


Tujuan Umum
Ingin berbagi pengetahuan dan kemampuan dalam berpikir kritis dalam memberikan tindakan asuhan keperawatan pada ibu pada masa pariental

Tujuan Khusus
 Dapat memahami konsep keluarga dalam periode child-bearing
 Dapat memahami ciri-ciri keluarga
 Dapat memahami peranan keluarga
 Dapat mengetahui fungsi keluarga
 Dapat memahami hal-hal yang harus diterapkan pada anak oleh keluarga
 Dapat memahami peran perawat terhadap keluarga child-bearing
 Dapat memahami tujuan perawatan kesehatan keluarga
 Dapat memahami prinsip-prinsip kesehatan keluarga
 Dapat memahami perkembangan keliarga child bearing
 Dapat memahami peran orang tua terhadap Child- bearing
 Dapat memahami komunikasi yang baik pada Child-Bearing
 Dapat memahami tugas perkembangan child bearing
 Dapat memahami Masalah yang sering muncul pada keluarga child bearing
 Dapat memahami Perubahan Ibu dalam periode Child Bearing :

A. Definisi
Adapun pengertian keluarga adalah sekumpulan orang yang terikat dengan perkawinan, kelahiran serta adopsi yang saling ketergantungan, dimana mempunyai tujuan yaitu untuk menciptakan serta mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan setiap anggota keluarga. Sedangkan pengertian dari Child-Bearing adalah merupakan waktu transisi fisik dan psikologis bagi ibu dan seluruh anggota keluarga, dalam hal ini orang tua, saudara atau anggota keluarga lainnya harus dapat beradaptasi terhadap perubahan stuktur karena adanya anggota keluarga baru yaitu bayi, dengan kehadiran seorang bayi maka sistem dalam keluarga akan berubah serta pola pikir keluarga harus dikembangkan.
Pada periode transisi ibu membutuhkan waktu yang sangat cepat sehingga kondisi itu menempatkan ibu menjadi sangat rentan dan mereka memerluakan bantuan untuk beradaptasi dengan peran yang baru. Stres dari berbagai sumber dapat berefek negatif pada fungsi dan interaksi ibu dengan bayidan keluarga,yang berdampak padakesehatan fisik ibu dan anak.

B. Ciri-ciri Keluarga
 Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga
 Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-masing
 Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.

C. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
 Peranan ayah :
Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
 Peranan ibu :
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satukelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.


 Peranan anak :
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

D. Fungsi keluarga
Dalam hal ini fungsi keluarga sangat penting dalam perkembangan anak, adapun fungsi keluarga meliputi :
1) Faktor biologis
a. Meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2) Faktor psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian di antara anggota keluarga
c. Memberikan identitas keluarga
3) Faktor sosialisasi
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membentuk norma-norma serta tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
c. Meneruskan nilai-nalai budaya
4) Faktor ekonomi
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga untuk di masa yang akan dating.

E. Hal –hal Yang Diterapkan Oleh Keluarga Pada Anak
a) Moral
Moral merupakan nilai-nilai yang harus ditanamkan pada anak sejak dini, dimana moral timbul dari hati tanpa ada paksaan dari luar, dan juga disertai pula dengan tanggung jawab atas tindakan yang dilakukan. Oleh sebab itu keluarga sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak terutama dalam memberikan pendidikan moral.

b) Akhlak
Dalam hal ini setiap orang tua harus dapat memberikan bimbingan tentang akhlak kepada anaknya sejak dini, karena dengan akhlak anak tersebut dapat mengatur pola sikap dan tindakan ataupun perbuatan tanpa mengharapkan imbalan.
c) Etika
Dalam hal ini etika wajib diberikan kepada anak oleh orang tuanya baik melalui bimbingan atau arahan agar anak tersebut dapat bertingkah laku sesuai dengan etika.

F. Peran Perawat terhadap Child- Bearing
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran/penyalur.
Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan :
Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya. Dalam hal ini masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu angota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan masyarakat.

G. Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga
Tujuan umum : Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka, sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya.
Tujuan khusus :
a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga.
c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya.
d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya
e. Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya
Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan. Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para, anggotanya dan saling memelihara. Freeman (1981) :
 Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga.
 Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
 Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usaianya yang terlalu mudah.
 Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
 Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.

H. Peran Perawat Keluarga :
a. Pendidik
• Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar
• Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri.
• Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
b. Koordinator
• Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan
c. Pelaksana
• Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit
d. Pengawas kesehatan
• Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
e. Konsultan
• Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya
f. Kolaborasi
• Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal
g. Fasilitator
• Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan)
h. Penemu kasus
• Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah.
i. Modifikasi lingkungan
• Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.

I. Prinsip-prinsip Perawatan Keluarga :
1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan
2. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai tujuan utama
3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan keluarga.
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat melibatkan peran serta keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.
5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative.
6. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga.
7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan.
8. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan.
9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan dasar/perawatan di rumah.
10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.

J. Perkembangan keluarga child bearing :
Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan :
b. Persiapan menjadi orang tua
c. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan kegiatan keluarga
d. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan



K. Peran Orang Tua Terhadap Child-Bearing
Dalam hal ini peran orang tua dapat dimulai selagi kehamilan membesar dan semakin kuat saat bayi dilahirkan. Pada periode awal orang tua harus mengenali hubungan mereka dengan anak. periode berikutnya orang tua dapat mencerminkan suatu waktu untuk bersama-sama membangun kesatuan keluarga, periode waktu berkonsolidasi ini meliputi peran negosiasi (suami istri, ibu-ayah,orang tua-anak,saudara-saudara) untuk menetapkan komitmen . perode yang berlangsung akan membutuhkan waktu.


L. Komunikasi Orangtua Terhadap Anak
Dalam hal ini ikatan diperkuat melalui penggunaan respons seksual atau kemampuan oleh kedua pasangan dalam melakukan interaksi orangtua-anak.Respon sensual dan kemampuan yang dipakai dalam komunikasi antara orangtua dan anak meliputi :
a. Sentuhan
Sentuhan atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh orangtua sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi yang baru lahir. Banyak ibu yang ingin meraih anaknya yang baru lahir dan tali pusatnya dipotong, mereka mengangkat bayi ke dada, merangkulnya kedalam pelukan. Begitu anak dekat dengan ibunya maka anak akan mulai proses ekspoli
b. Kontak Mata
c. Suara
d. Aroma

M. Tugas perkembangan child bearing :
a. Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi,seksual& kegiatan )
b. Mempertahankan hub yang memuaskan dengan pasangan
c. Membagi peran & tanggung jawab
d. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan& perkembangan anak
e. Konseling KB post partum 6 mgg
f. Menata ruang untuk anak
g. Biaya/ dana child bearing
h. Mengfasilitasi role learning anggota keluarga
N. Masalah yang sering muncul pada keluarga child bearing :
a. Keluarga seksual & sosial terganggu
b. Suami merasa diabaikan
c. Interupsi jadwal kontinu
d. Peningaktan perselisihan


O. Perubahan Ibu dalam periode Child Bearing :
Masa nifas adalah masa setelah melahirkan hingga pulihnya rahim dan organ kewanitaan yang umumnya diiringi dengan keluarnya darah nifas, berlangsung selama kurang lebih 6 pekan.
Pada masa nifas ini ibu akan mendapati beberapa perubahan pada tubuh maupun emosi. Bagi yang belum mengetahui hal ini tentu akan merasa khawatir akan perubahan yang terjadi, oleh sebab itu penting bagi ibu memahami apa saja perubahan yang terjadi agar dapat menangani dan mengenali tanda bahaya secara dini.
1. Rahim
Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi (gerakan meremas) untuk merapatkan dinding rahim sehingga tidak terjadi perdarahan, kontraksi inilah yang menimbulkan rasa mulas pada perut ibu. Berangsur angsur rahim akan mengecil seperti sebelum hamil, sesaat setelah melahirkan normalnya rahim teraba keras setinggi 2 jari dibawah pusar, 2 pekan setelah melahirkan rahim sudah tak teraba, 6 pekan akan pulih seperti semula. Akan tetapi biasanya perut ibu masih terlihat buncit dan muncul garis-garis putih atau coklat berkelok, hal ini dikarenakan peregangan kulit perut yang berlebihan selama hamil, sehingga perlu waktu untuk memulihkannya, senam nifas akan sangat membantu mengencangkan kembali otot perut.
2. Jalan lahir (servik,vulva dan vagina)
Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, sehingga penyebabkan mengendurnya organ ini bahkan robekan yang memerlukan penjahitan, namun insyaalloh akan pulih setelah 2-3 pekan (tergantung elastis tidak atau seberapa sering melahirkan), walaupun tetap lebih kendur dibanding sebelum melahirkan. Jaga kebersihan daerah kewanitaan agar tidak timbul infeksi (tanda infeksi jalan lahir bau busuk, rasa perih, panas, merah dan terdapat nanah).
3. Darah nifas (Lochea)
Darah nifas hingga hari ke dua terdiri dari darah segar bercampur sisa ketuban, berikutnya berupa darah dan lendir, setelah satu pekan darah berangsur-angsur berubah menjadi berwarna kuning kecoklatan lalu lendir keruh sampai keluar cairan bening di akhir masa nifas. Darah nifas yang berbau sangat amis atau busuk dapat menjadi salah satu petunjuk adanya infeksi dalam rahim.
4. Payudara
Payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar puting susu, ini menandakan dimulainya proses menyusui. Segera menyusui bayi sesaat setelah lahir (walaupun ASI belum keluar) dapat mencegah perdarahan dan merangsang produksi ASI. Pada hari ke 2 hingga ke 3 akan diproduksi kolostrum atau susu jolong yaitu ASI berwarna kuning keruh yang kaya akan anti body, dan protein, sebagian ibu membuangnya karena dianggap kotor, sebaliknya justru ASI ini sangat bagus untuk bayi.
5. Sistem perkemihan
Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil, selain khawatir nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran kencing akibat penekanan kepala bayi saat proses melahirkan. Namun usahakan tetap kencing secara teratur, buang rasa takut dan khawatir, karena kandung kencing yang terlalu penuh dapat menghambat kontraksi rahim yang berakibat terjadi perdarahan.
6. Sistem pencernaan
Perubahan kadar hormon dan gerak tubuh yang kurang menyebabkan menurunnya fungsi usus, sehingga ibu tidak merasa ingin atau sulit BAB (buang air besar). Terkadang muncul wasir atau ambein pada ibu setelah melahirkan, ini kemungkinan karena kesalahan cara mengejan saat bersalin juga karena sembelit berkepanjangan sebelum dan setelah melahirkan. Dengan memperbanyak asupan serat (buah-sayur) dan senam nifas insyaalloh akan mengurangi bahkan menghilangkan keluhan ambein ini.
7. Peredaran darah
Sel darah putih akan meningkat dan sel darah merah serta hemoglobin (keeping darah) akan berkurang, ini akan normal kembali setelah 1 minggu. Tekanan dan jumlah darah ke jantung akan lebih tinggi dan kembali normal hingga 2 pekan.
8. Penurunan berat badan
Setelah melahirkan ibu akan kehilangan 5-6 kg berat badannya yang berasal dari bayi, ari-ari, air ketuban dan perdarahan persalinan, 2-3 kg lagi melalui air kencing sebagai usaha tubuh untuk mengeluarkan timbunan cairan waktu hamil. Rata-rata ibu kembali ke berat idealnya setelah 6 bulan, walaupun sebagian besar tetap akan lebih berat daripada sebelumnya.
9. Suhu badan
Suhu badan setelah melahirkan biasanya agak meningkat dan setelah 12 jam akan kembali normal. Waspadai jika sampai terjadi panas tinggi, karena dikhawatirkan sebagai salah satu tanda infeksi atau tanda bahaya lain.
10. Perubahan emosi
Emosi yang berubah-ubah (mudah sedih, khawatir, tiba-tiba bahagia) disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya perubahan hormon, keletihan ibu, kurangnya perhatian keluarga, kurangnya pengetahuan akan cara merawat bayi serta konflik dalam rumah tangga. Perubahan ini memiliki berbagai bentuk dan variasi dan akan berangsur-angsur normal sampai pada pekan ke 12 setelah melahirkan. Yang perlu diingat, masa nifas bukan berarti ibu terlepas sama sekali dari nilai-nilai ibadah, dzikir adalah salah satu ibadah lisan dan hati yang cukup efektif untuk membuat ibu merasa tenang, sabar dan tegar menjalani masa nifas ini. Perbanyaklah berdoa kepada Alloh agar dimudahkan dan diberi pahala atas kesabaran serta jerih payah ibu dalam merawat sang buah hati. Wallohul Musta’an










DAFTAR PUSTAKA

NURSING CLINICAL PREATICIAN HTTP://NSHARMAKO.
BLOGSPOT
Wignyosastro, H.2002. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka
Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius
Nifas dan Infeksinya.www.zonasehat.com online 2 feb 2009
Catatan Penting Masa Nifas. www.anakku.com. online 2 feb 2009

infark miokard

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab morbiditas & mortalitas. Akhir-akhir ini insiden penyakit jantung mengalami peningkatan. Kajian epidemiologi menunjukan bahwa ada berbagai kondisi yang mendahului dan menyertai penyakit jantung. Kondisi tersebut dinamakan factor resiko. Faktor resiko yang ada dapat dimodifikasi artinya dapat dikontrol dengan mengubah gaya hidup atau kebiasaan pribadi dan factor resiko yang non modifiable yang merupakan konsekwensi genetic yang tak dapat dikontrol. Contohnya ras, dan jenis kelamin. Penyakit koroner “ Serangan Jantung “ atau lebih kita kenal dengan infark miokard adalah istilah yang sama. Gejala ini akibat adanya kerusakan ireversibelsel jantung. Kerusakan ini akan mengalami degenerasi dan akhirnya menimbulkan jaringan parur. Bila kerusakan ini meluas akhirnya jantung mengalami kegagalan pemompaan darah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh akan darah sehingga curah jantung tidak adekuat. Keadaan ini kita kenal dengan gagal jantung. Penyebab GGK masih banyak yang akan kita bicarakan pada makalah ini.
B. TUJUAN PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
Memahami pengertian, etiologi, manifestasi klinik, dan pemeriksaan diagnostik Infark Miokard
Menerapkan prinsip asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan , rencana tindakan , implementasi dan efaluasi pada kasus Infark Miokard.


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Infark miokard adalah kematian/nekrosis jaringan miokard akibat penurunan secara tiba-tiba aliran darah arteri koronaria ke jantung atau terjadinya peningkatan kebutuhan oksigen secara tiba-tiba tanpa perfusi arteri koronaria yang cukup.

B. ETIOLOGI
Infark miokard dapat disebabkan oleh :
 penyempitan kritis arteri koroner akibat ateriosklerosis atau oklusi arteri komplit akibat embolus atau trombus.
 Penurunan aliran darah koroner dapat juga disebabkan oleh syok dan hemoragi.
 Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard.

C. PATOFISIOLOGIS
Segera setelah terjadi Infark Miokard daerah miokard setempat akan memperlihatkan penonjolan sitolik (diskinesia) dengan akibat menurunnya ejeksi fraction, isi sekuncup, dan peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium kiri diatas 25 mmHg yang lama akan menyebabkan transudat cairan ke jaringan interstitium paru (gagal jantung). Pemburukan hemodinamik ini bukan saja disebabkan karena daerah infark, tetapi juga daerah iskemik disekitarnya. Miokard yang masih relatif baik akan mengdakan kompensasi, khususnya dengan bantuan rangsang adrenergik untuk mempertahankan curah jantung tetapi dengan peningkatan kebutuhan oksigen miokard. Kompensasi ini jelas tidak memadai jika daerah yang bersangkutan juga mengalami iskemia atau bahkan sudah fibrotik. Bila infark kecil dan miokard yang kompensasi masih normal maka pemburukan hemodinamik akan minimal. Sebaliknya jika infark luas dan miokard yang harus berkompensasi juga buruk akibat iskemia atau infark lama, tekanan akhir diastolik akan naik dan gagal jantung terjadi.

Perubahan-perubahan hemodinamik Infark Miokard ini tidak statis. Bila Infark Miokard makin tenang fungsi jantung membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan daerah-daerah yang tadi iskemik mengalami perbaikan. Perubahan hemodinamik akan terjadi bila iskemik berkepanjangan atau infark meluas. Terjadinya mekanis penyulit seperti rupture septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik jantung.

Aritmia merupakan penyulit Infark Miokard yang tersering dan terjadi pada saat pertama serangan. Hal ini disebabkan karena perubahan masa refrakter, daya hantar rangsang dan kepekaan terhadap rangsangan. Sistem saraf otonom juga berperan terhadap terjadinya aritmia. Penderita Infark Miokard umumnya mengalami peningkatan tonus parasimpatis dengan akibat kecenderungan bradiaritmia meningkat. Sedangkan peningkatan tonus simpatis pada Infark Miokard anterior akan mempertinggi kecenderungan fibrilasi ventrikel dan perluasan infark.

D. MENIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala infark miokard ( TRIAGE ) adalah :
1. Klinis
a. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak mereda, biasanya diatas region sternal bawah dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama.
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secaara menetap sampai nyeri tidak tertahankan lagi.
c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin (NTG).
e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
g. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor (menumpulkan pengalaman nyeri)
2. Laboratotium
Pemeriksaan Enzim jantung
CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali normal
AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata/khusus ) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari
3. EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST.Perubahan yang terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.



E. KOMPLIKASI

1. Dysrhytmia : 40 –50% kematian m.i., kerusakan miokard  gg. Sistem konduksi  av blok, svt, vf.
2. Cardiogenik shock: 9% kematian m.i.,  80% pasien shock  meninggal dunia.
3. Gagal jantung dan oedem paru. terjadi pada 20% pasien yang mengalami m.i.  1/3  meninggal. Tanda : dyspnea, ortopnea, edema, hepatomegali, distensi v jugularis, ronchi.
4. Emboli paru.—terjadi pada 10-20% , --- sekunder dari trombus vena; atrial flutter/fibrilasi.
5. M.i. berulang . --- dalam 6 tahun setelah m.i. menyerang 23% laki-laki; 31% wanita, --- penyebab kerja >>>; emboli;atheroma.
6. Komplikasi nekrotik myokard : --- aneurism ventrikel, --- ruptur myokard, --- vsd,--- ruptur papilaryu muscel.--- timbul pada hari ke-7 s/d 10 setelah m.i.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
` Diagnosis AMI dapat ditegakkan secara :
 Anamnesis
 Keluhan nyeri dada yang disebabkan oleh IMA ialah sebagai berikut :
 Nyeri substernal, prekordial, epigastrium. Nyeri menjalar ke lengan kiri , leher dan rahang.
 Nyeri dada lebih dari 30 menit
 Kualitas nyeri dada seperti ditekan, diremas, terasa berat
 Nyeri dada tidak hilang dengan istirahat atau pemberian nitrat sublingual
 Dapat disertai palpitasi , sesak nafas, banyak keringat dan
pucat ( Schneider & Seckler, 1981 )
Skor nyeri menurut White
0 : Tak mengalami nyeri
1 : Nyeri pada satu sisi, tanpa mengganggu aktifitas
2 : Nyeri lebih pada satu tempat & mengakibatkan terganggunya aktifitas, misalnya kesulitan bangun dari tempat tidur, sulit menekuk kepala dll.
 Pemeriksaan EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan simetris.Setelah ini terdapat elevasi segmen ST.Perubahan yang terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
 Pemeriksaan Enzim jantung
CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali normal
AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata/khusus ) terjadi dalam 6-12 jam memuncak dalam 24 jam kembali normal dalam 3 atau 4 hari

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan penatalaksanaan medis adalah untuk meminimalkan kerusakan miokard dengan: menghilangkan nyeri, memberikan istirahat dan mencegah timbulnya komplikasi seperti disritmia letal dan syok kardiogenik.
1. Pemberian oksigen dilakukan saat awitan nyeri dada.
2. Analgesik (morfin sulfat).
Farmakoterapi :
 Vasodilator untuk meningkatkan sulpai oksigen (NTG).
 Antikoagulan (Heparin).
 Trombolitik (streptokinase, aktivator plasminogen jenis jaringan , anistreplase) hanya akan efektif bila diberikan dalam 6 jam awitan nyeri dada, selama terjadi neurosis jaringan transmural.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Tetapkan penatalaksanaan dasar untuk mendapatkan informasi tentang status terakhir pasien sehingga semua penyimpangan yang terjadi dapat segera diketahui.
1. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko :
 Penyakit pembuluh darah arteri.
 Serangan jantung sebelumnya.
 Riwayat keluarga atas penyakit jantung/serangan jantung positif.
 Kolesterol serum tinggi (diatas 200 mg/L).
 Perokok
 Diet tinggi garam dan tinggi lemak.
 Kegemukan.( BB idealTB –100 ± 10 % )
 Wanita pasca menopause karena terapi estrogen.
2. Pemeriksaan fisik berdasarkan pengkajian kardiovaskuler dapat menunjukan :
 Nyeri dada berkurang dengan istirahat atau pemberian nitrat (temuan yang paling penting) sering juga disertai :
• Perasaan ancaman pingsan dan atau kematian
• Diaforesis.
• Mual dan muntah kadang-kadang.
• Dispneu.
• Sindrom syok dalam berbagai tingkatan (pucat, dingin, kulit lembab atau basah, turunnya tekanan darah, denyut nadi yang cepat, berkurangnya nadi perifer dan bunyi jantung).
• Demam (dalam 24 – 48 jam ).
3. Kaji nyeri dada sehubungan dengan :
 Faktor perangsang.
 Kualitas.
 Lokasi.
 Beratnya.
4. Pemeriksaan Diagnostik
 EKG, menyatakan perpindahan segmen ST, gelombang Q, dan perubahan gelombang T.
 Berdasarkan hasil sinar X dada terdapat pembesaran jantung dan kongestif paru.
 Enzim jantung (Gawlinski, 1989)
• Kreatinin kinase (CK) – isoenzim MB mulai naik dalam 6 jam, memuncak dalam 18 – 24 jam dan kembali normal antara 3 – 4 hari, tanpa terjadinya neurosis baru. Enzim CK – MB ssering dijadikan sebagai indikator Infark Miokard.
• Laktat dehidrogenase (LDH) mulai meningkat dalam 6 – 12 jam, memuncak dalam 3 – 4 hari dan normal 6 –12 hari.
• Aspartat aminotransferase serum (AST) mulai meningkat dalam 8 – 12 jam dan bertambah pekat dalam 1 – 2 hari. Enzim ini muncul dengan kerusakan yang hebat dari otot tubuh.
 Test tambahan termasuk pemeriksaan elektrolit serum, lipid serum, urinalisis, analisa gas darah (AGD).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan
Dapat dihubungkan dengan : Iskemik, kerusakan otot jantung, penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria
Kemungkinan dibuktikan oleh :
 Daerah perifer dingin
 EKG elevasi segmen ST & Q patologis pada lead tertentu
 RR lebih dari 24 x/ menit
 Kapiler refill Lebih dari 3 detik
 Nyeri dada
 Gambaran foto torak terdpat pembesaran jantung & kongestif paru ( tidak selalu )
 HR lebih dari 100 x/menit, TD > 120/80AGD dengan : pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg  Nadi lebih dari 100 x/ menit  Terjadi peningkatan enzim jantung yaitu CK, AST, LDL/HDL Tujuan : Gangguan perfusi jaringan berkurang / tidak meluas selama dilakukan tindakan perawatan di RS. Kriteria : Daerah perifer hangat, tak sianosis, gambaran EKG tak menunjukan perluasan infark RR 16-24 x/ menit tak terdapat clubbing finger, kapiler refill 3-5 detik, nadi 60-100x / menit, TD 120/80 mmHg Rencana Tindakan :  Monitor Frekuensi dan irama jantung  Observasi perubahan status mental  Observasi warna dan suhu kulit / membran mukosa  Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya  Kolaborasi : Berikan cairan IV l sesuai indikasi  Pantau Pemeriksaan diagnostik / dan laboratorium mis EKG, elektrolit , GDA( Pa O2, Pa CO2 dan saturasi O2 ). Dan Pemberian oksigen 2. Nyeri Dapat dihubungkan dengan: Iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri coroner. Kemungkinan dibuktikan oleh : nyeri dada dengan atau tanpa penyebaran, wajah meringis, gelisah, delirium perubahan nadi TD Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan selama Kriteria : Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2, atau dari 2 ke 1, ekpresi wajah rileks / tenang, tak tegang , tidak gelisah nadi 60-100 x / menit, Td 120/ 80 mmHg Rencana tindakan :  Observasi karakteristik, lokasi, waktu, dan perjalanan rasa nyeri dada tersebut.  Anjurkan pada klien menghentikan aktifitas selama ada serangan dan istirahat.  Bantu klien melakukan tehnik relaksasi, mis nafas dalam, perilaku distraksi, visualisasi, atau bimbingan imajinasi.  Pertahankan Olsigenasi dengan bikanul contohnya ( 2-4 L/ menit )  Monitor tanda-tanda vital ( Nadi & tekanan darah ) tiap dua jam.  Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian analgetik. 3. Kemungkinan terhadap kelebihan volume cairan ekstravaskuler Faktor resiko meliputi : Penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium/ retensi air, peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma ( menyerap cairan dalam area interstisial/ jaringan ) Kemunkinan dibuktikan oleh : tidak adanya tanda-tanda dan gejala gejala membuat diagnosa actual. Tujuan : Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan tindakan keperawatan selama di RS Kriteria : Mempertahankan keseimbangan cairan seperti dibuktikan oleh tekanan darah dalam batas normal, tak ada distensi vena perifer/ vena dan edema dependen, paru bersih dan berat badan ideal ( BB idealTB –100 ± 10 %) Perencanaan tindakan :  Ukur masukan / haluaran, catat penurunan , pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung keseimbangan cairan  Observasi adanya oedema dependen  Timbang BB tiap hari  Pertahankan masukan total caiaran 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler  Kolaborasi : pemberian diet rendah natrium, berikan diuetik. 4. Kerusakan pertukarann gas Dapat dihubungkan oleh : Gangguan aliran darah ke alveoli atau kegagalan utama paru, perubahan membran alveolar- kapiler ( atelektasis , kolaps jalan nafas/ alveolar edema paru/efusi, sekresi berlebihan / perdarahan aktif Kemungkinan dibuktikan oleh : Dispnea berat, gelisah, sianosis, perubahan GDA, hipoksemia Tujuan : Oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal (pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg ) setelah dilakukan tindakan keperawtan selama di RS. Kriteria hasil : Tidak sesak nafas, tidak gelisah, GDA dala batas Normal ( pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg )
Tindakan :
 Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan otot Bantu pernafasan
 Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan / tidak adanya bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan missal krakles, ronki dll.
 Lakukan tindakan untuk memperbaiki / mempertahankan jalan nafas misalnya , batuk, penghisapan lendir dll.
 Tinggikan kepala / tempat tidur sesuai kebutuhan / toleransi pasien
 Kaji toleransi aktifitas misalnya keluhan kelemahan/ kelelahan selama kerja atau tanda vital berubah.

5. Intoleransi aktifitas dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Dapat dihubungakan dengan : ketidakseimbangan antar suplai oksigen miocard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrotik jaringan miocard.
Kemungkinan dibuktikan oeh :
Gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam aktifitas, terjadinya disritmia, kelemahan umum

Tujuan :
Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan keperawatan selama di RS
Kriteria : frekuensi jantung 60-100 x/ menit dan TD 120-80 mmHg
Rencana tindakan ::
 Catat frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD selama dan sesudah aktifitas
 Tingkatkan istirahat ( di tempat tidur )
 Batasi aktifitas pada dasar nyeri dan berikan aktifitas sensori yang tidak berat.
 Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktifitas, contoh bengun dari kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selam 1 jam setelah mkan.
 Kaji ulang tanda gangguan yang menunjukan tidak toleran terhadap aktifitas atau memerlukan pelaporan pada dokter.

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, kebutuhan pengobatan
Dapat dihubungkan dengan :
Kurang informasi tentang fungsi jantung / implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan datang , kebutuhan perubahan pol hidup.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
Pernyataan masalah, kesalahan konsep, pertanyaan, terjadinya kompliksi yang dapat dicegah
Tujuan :
Pengetahuan klien tentang kondisi penyakitnya menguat setelah diberi pendidikan kesehatan selam di RS
Kriteria :
 Menyatakan pemahaman tentang penyakit jantung , rencana pengobatan, tujuan pengobatan & efek samping / reaksi merugikan
 Menyebutkan gngguan yang memerlukan prhatian cepat.
Tindakan :
 Berikan informasi dalam bentuk belajar yang berfariasi, contoh buku, program audio/ visual, Tanya jawab dll.
 Beri penjelasan factor resiko, diet ( Rendah lemak dan rendah garam ) dan aktifitas yang berlebihan,
 Peringatan untuk menghindari paktifitas manuver valsava
 Latih pasien sehubungan dengan aktifitas yang bertahap contoh : jalan, kerja, rekreasi aktifitas seksual.

C. INTERVENSI (PERENCANAAN)
Tujuan :
1. Pasien akan mengungkapkan nyeri berkurang.
2. Pasien akan mendemonstrasikan keadaan jantung yang stabil atau baik.
3. Paien akan mendemonstrasikan kecemasannya berkurang.

Diagnosa Keperawatan 1
4. Acuta Care :
a. Kaji orisinal pain : lokasi, lamanya, radiasi, terjadinya gejala baru.
Rasional : Episode yang lama dari Myokardial Ischemia dihubungkan dengan akut MI. Pada pasien dengan MI, pain yang berlangsung terus memberi infark yang luas.
b. Kaji dan menggambarkan angina dan kegiatan – kegiatan sebelumnya yang menyebabkan pain.
Rasional : Menentukan factor prncetus.
c. Buat 12 lead ECG selama anginal pain episode.
Rasional : Untuk mendokumentasikan tanda – tanda iskami vs infrak. Menentukan luasnya infark.
d. Kaji tanda – tanda hipoxemia : beri terapi O2 jika perlu.
Rasional : Hipoxemia mungkin akibat dari ventilasi pervusi yang abnormal. Bila tidak ada hipoxemia, memberi tambahan o2 meningkat untuk melayani myocardium.
e. Beri obat sesuai petunjuk : Netrates (short acting)., IV nitorglycerin. Morphin sulfate 4 – 6 mg IV. Kaji dan catat respon.
Rasional : Nitrates mengurangi pain lewat venoarterial dilatrasi. Morphine mengurangi sakit dengan mengurangi respon otonom (saraf).
f. Memepertahankan istirahat untuk 24 – 30 jam selama episode sakit.
Rasional : Menghemat konsumsi O2 myocard.
g. Periksa BP, pulse pernapasan selama episode sakit dan setelah minum obat.
Rasional : Monitor tanda – tanda hipotensi, yang mungkin menggambarkan hipoperfusi atau side efek nitrates.
Convalence Care
1. Beri obat nitrates long acting sesuai resep
2. Tingkatkan aktifias jika tolerasi.
3. Bantu pasien mengidentifikasikan dan membatasi aktifitas untuk mengurangi pain.
Rasional : Untuk kontrol angina pain.
Diagnosa Keperawatan 2
1. Kaji dan lapor tanda penurunan CO.
Rasional : Kejadian mortality dan morbidity sehubungan dengan MI yang lebih dari 24 jam pertama.
2. Monitor dan catat ECG secara continue untuk mengkaji rate, ritme dan setiap perubahan per 2 atau 4 jam atau jika perlu. Buat ECG 12 lead.
Rasional : Ventrikal vibrilasi sebab utama kematian akibat MI akut terjadi dalm 4 – 12 jam I dari terjadinya serangan. ECG 12 lead mengidentufikasi lokasi MI.
3. Kaji dan monitor tanda vital dan parameter hemodinamik per 1 – 2 jam atau indikasi karena keadan klinik.
Rasional : Mendeteksi terjadinya disfungsi myocard karena komplikasi.
4. Mempertahankan bed rest dengan kepala tempat tidur elevasi 300 selama 24 – 48 jam pertama.
Rasional : Untuk mengurangi tuntutan kebutuhan 02 myocard.
5. Mulai pasang IV line.
Rasional : Siap membantu pengaturan pemmberian obat – obat IV.
6. Memberi obat – obatan arythemia, nitrat. Beta blocker.
Rasional : Mengurangi luasnya infrak dengan perfusi kembali otot – otot jantung yang iskhemia.

Convalescent Care :
1. Melanjutkan pengkajian dan moitor tanda penurunan CO.
Auskultasi suara paru – paru dan jantung tiap 4 – 8 jam.
Rasional : Monitor tanda – tanda komplikasi awal, Contoh : MI yang meluas, cardioganic yang meluas, cardioganic shock. Heart failure. Miocardial ruptur, yang mungkinterjadi dalam 10 hari dari terjadinya serangan
2. Tingkatkan level aktifitas sesuai dengan status klinik.
Monitoring respon BP dan HR, terhadap peningkatan aktifitas.(pad yang tidak ada komplikasi, pasien mungkin boleh duduk di kursi setelah 24 – 48 jam).
Rasional : Monitor yang hati – hati diperlukan untuk mendeteksi hipotensi dan distitmia dan melangkah ke level aktifitas berikutnya yang sesuai.
Diagnosa Keperawatan 3
1. Kaji tanda – tanda dan ekspresi verbal dari kecemasan.
Rasional : Level kecemasan berkembang ke panik yang merangsang respon simpatik dengan melepaskan katekolamin. Yang mengkontribusikan peningkatan kebutuhan O2 myocard.
2. Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat. Memberi obat – obatan yang sedatif sesuai pesanan.
Rasional : Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu.
3. Temani pasien selama periode kecemasan tinggi beri kekuatan, gunakan suara tenang.
Rasional : Pengertian yang empati merupakan pengobatan dan mungkin meningkatkan kemampuan copyng pasien.
4. Berikan penjelasan yang singkat dan jelas untuk semua prosedur dan pengobatan.
Rasional : Memberi informasi sebelum prosedur dan pengobatan meningkatkan komtrol diri dan ketidak pastian.
5. Ijinkan anggota keluarga membantu pasien, bila mungkin rujuk ke penasihat spiritual
Rasional : Penggunaan support system pasien dapat meningkatkan kenyamanan dan mengurangi kelengangan.
6. Mendorong pasien mengekspresikan perasaan perasaan, mengijinkan pasien menangis.
Rasional : Menerima ekspresi perasaan membantu kemampuan pasien untuk mengatasi ketidak tentuan pasien dan ketergantungannya.
7. Mulai teknik relaksasi contoh : nafas dalam, visual imergery, musik – musik yang lembut.
Rasional : Untuk mengalihkan pasien dari peristiwa – peristiwa yang baru saja terjadi.

D. IMPLEMENTASI
Setelah diagnosa infark miokardium dipastikan maka tindakan segera adalah sebagai berikut :
1. Menghilangkan rasa sakit
Morpin sulfat : 2,5 mg - 10 mg
Pethidin : 25 mg - 50 mg

2. Memasang monitoring EKG
Aritmia dapat terjadi setiap saat khususnya 6 jam dan bila ada perubahan kemudian didokumentasikan sebagai dasar perbandingan selanjutnya. Sistim alarm pada monitor harus selalu dalam posisi “on”. Pasien biasanya dimonitor selama 48-72 jam.
3. Memasang intervenous line
Obat-obatan dapat diberikan segera melalui “intervenous line” dalam siruasi gawat. Bila dipasang hanya intravena kanula tanpa cairan diflush dengan heparin saline setiap 4 jam dan setelah pemberian obat-obatan.
4. Pemberian oksigen ditentukan oleh keadaan klinis pasien. Nasal kanula diberikan 2-4 liter/menit.
5. Penilaian status klinis
• Tanda-tanda vital.
Tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan diukur setiap jam selama 6 jam pertama atau sampai stabil. Tekanan darah diukur pada kedua lengan pada waktu masuk. Temperatur diukur pada waktu masuk dan setiap 6-8 jam.
• Kulit, perifer
Observasi kulit pasien apakah berkeringat, hal ini sering sebagai manifestasi dari kenaikkan sistem simpatik yang diikuti kegagalan dari jantung kiri. Apakah kulit dingin? ini dapat disebabkan oleh vasokontriksi perifer, dimana ada tanda-tanda pengurangan aliran darah ke kulit/perifer yang merupakan tanda-tanda syok kardiogenik.
• Rales atau Crepitations
Suara napas yang tidak normal disebabkan adanya cairan di alveoli atau di bronkus. Crepitations selain dijumpai pada kasus paru, juga pada kegagalan dari jantung kiri.
• Gallop. S3 terdengar pada kegagalan jantung.
• Vena jugularis.
Kenaikan dari tekanan vena jugularis adalah indikasi untuk kegagalan jantung kanan.
• Perubahan mental
Perubahan mental dapat diartikan bahwa perfusi ke otak tidak efektif, tanda-tanda dari syok kardiogenik. Perubahan mental diperiksa setiap saat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital Penilaian ini sering dilakukan bila kondisi pasien tidak stabil.
Explanation and Reassurance
Bagi kebanyakan pasien bila masuk ke ruangan intensif merupakan suatu pengalaman yang menakutakan. Oleh karena itu perawat harus menerangkan tentang keadaan ruang perawatan dan tannperalaya.Bila dilakukan tindakan kepada pasien harus deiterangkan maksud tujuannya.
1. Pengambilan EKG 12 lead. EKG lengkap dilakukan selama 3 hari berturut-turut dan selanjutnya atas indikasi.
2. Pemeriksaan Laboratorium. Pada waktu masuk dilakukan pemeriksaan CK, CKMB,SGOT,LDH, Hematologi, Ureum,Elektrolit, Kholesterol, Gula darah, dan lain-lain bila ada indikasi.
3. “Chest X-ray”. Diambil pada waktu masuk dan boleh diulang bila ada indikasi. Sering kegagalan jantung kiri yang dini tidak menunjukkan gejala-gejala dan tidak dapat dilihat pada waktu pemeriksaan fisik, tetapi hal ini dapat dilihat pada CXR. Pelebaran aorta, pleural effusion, pembesaran jantung dapat dilihat
4. Sakit dada. Pasien dianjurkan untuk memberi tahu perawat bila sakit dada bertambah. Segera hilangkan dengan memberikan nitroglycerin sub lingual atau analgetik, tergantung dari berat dan frekuensi sakitnya. Infus nitroglycerin juga boleh dipertimbangkan.
5. Aktifitas.
• Istirahat ditempat tidur dengan posisi yang menyenangkan (biasanya posisi setengah duduk)
• Pada waktu membersihkan tempat tidur pasien dianjurkan untuk duduk di kursi dan memakai “commode” bila b.a.b.
• Semua higiene personal dilakukan oleh pasien sejauh dia dapat melakukan.
• Pada hari kedua pasien boleh berjalan sekitar tempat tidur dengan memakai monitoring.
• Pada hari ketiga boleh ke kamar mandi ditemani oleh perawat.
• Immobilisasi bukan hanya menyebabkan kelemahan dan kehilangan tonus otot tetapi
• juga menimbulkan tekanan jiwa.

E. EVALUASI :
1. Pasien bebas dari panin.
a. Pasien mengungkapkan tidak ada pain.
b. BP – HR dalam batas normal;
c. Pasien ikut serta dalam kegiatan rutin RS dan aktifitas tanpa sakit.
d. Pasien tampak relax.
e. Pasien mengungkapkan tindakan – tindakan untuk mengurangi pain.
2. CO meningkat atau maintenance
a. ECG rate dan ritme normal
b. Dyisrithmias terkontrol atau tak ada.
c. BP – HR pernafasan dan urine out put dalam batas normal, demontrasi stabilnya hemodinamik.
d. Kulit hangat dan kering.


3. Tingkat kecemasan menurun :
a. Pasien tampak relax.
b. Mengungkapkan bahwa dia tenang
4. Pengetahuan pasien meningkat :
a. Mengungkapkan pengertian proses penyakit.
b. Mampu menyebutkan factor - factor resiko dari CAD.
c. Lapor perubahan – perubahan sesuai dengan gaya hidup






















DAFTAR PUSTAKA


1. Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Mdikal Bedah, edisi 8, 1997. EGC : Jakarta.
2. Cannobio M. Mary “ Cardiovaskuler Disorders “ CV. Mosby Company, 1990.
3. Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan Keperawatan . 2000. EGC : Jakarta.
4. Gallo & Hudak, Keperawatan Kritis, edisi VI. 1997. EGC :Jakarta.
5. Guyton, Arthur C, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, EGC Penerbitan Buku Kedokteran, Jakarta, 1987.
6. Noer Staffoeloh et all, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, 1999, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
7. Nursalam. M.Nurs, Managemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional, 2002, Salemba Medika, Jakarta.
8. Russel C Swanburg, Pengantar keparawatan, 2000, EGC, Jakarta.